Semusim Bersama, Seabad Terasa (Bingkisan dari Indonesia)
>> Friday, August 15, 2008
(Tulisan ini dibuat sebagai respon atas tulisan Munawirah-GAMIS)
Bulan Juli lalu, tepatnya tanggal 5-13 Juli, KAMMI Pusat kedatangan tamu dari negeri Jiran. Mereka adalah para aktivis mahasiswa, yang tergabung dalam GAMIS (Gabungan anak Muda Islam Se-Malaysia). Mereka terdiri dari lima orang muslimin dan empat orang muslimah (Begitu sebutan mereka untuk ikhwan dan akhwat). Selama di Jakarta, muslimin GAMIS tinggal di sekretariat KAMMI Pusat (KAMMPUS). Sedangkan muslimahnya tinggal di sekretariat KAMMJA.
Teman-teman KAMMPUS dan seorang ikhwan FSLDK sudah meng-created jadwal aktivis GAMIS selama berada di Indonesia. Jadwal mereka cukup padat. Setiap harinya, mereka selalu mengunjungi tempat yang berbeda untuk studi banding. Hal itu berlangsung sampai kurang lebih pukul 21:00, setiap harinya, selama di Jakarta. Mungkin hanya rutinitas pagi hari yang sama. Khususnya untuk muslimahnya, karena setiap pagi mereka harus datang ke KAMMI Pusat untuk sarapan pagi. Dengan menggunakan bajaj, saya atau teman-teman dari KAMMJA mengantarkan mereka ke KAMMPUS, setiap harinya.
Teman-teman GAMIS terlihat bersemangat sekali dalam mengikuti agenda yang sudah dijadwalkan. Wajar saja, karena selama studi banding, pengetahuan dan pengalaman mereka tentu bertambah.
Saya sendiri baru mengenal mereka pada hari Senin, karena pada saat mereka datang, saya tidak menginap di KAMMJA. Dan baru datang lagi Senin. Sebelum dengan saya, akhwat KAMMJA lainnya yang mendampingi mereka.
Perkenalan itu terjadi pada saat malam hari, ketika saya menginap di KAMMJA. Saat itu, saya pun mengetahui nama mereka. Siti Nurul Manawirah, Roshaidah, Fitrah, dan Hafizah, itulah nama mereka. Latar belakang pendidikan mereka pun berbeda-beda, dari arsitektur, mikrobiologi, dan dua dari kedokteran.
Awalnya, saya tidak bisa langsung beradaptasi dengan mereka. Terutama dari segi bahasa. Ada beberapa yang asing bagi saya atau maknanya bertolak belakang (berbeda). Misalnya: pusing-pusing—saya pikir salah satu dari mereka ada yang sakit kepala, tapi ternyata artinya keliling-keliling. Selain itu ada kata-kata lain, seperti: Comel, ganteng, seronok, dll.
Saya jadi teringat, ketika pertama kali bertemu dengan mereka. Tiba-tiba Munawirah berkata (sambil memegang gamis yang saya kenakan), “Comel... Cun-Cun.“ Saat itu saya bingung. Saya berpikir dalam hati, kok dibilang comel, wong saya belum bicara apa-apa. Setelah saya tanya, ternyata artinya bagus, menarik, cantik, atau sejenisnya lah.
Hal yang sama juga terjadi, ketika salah seorang dari mereka mengeluarkan kata ‘seronok’. Tentu saja mendengar hal itu, kami yang ada di KAMMJA kaget. Lha wong tertutup dari atas sampai bawah kok dibilang seronok. Akhirnya, teman saya yang mengerti maksudnya menjelaskan kepada kami.
Aktivitas mereka tidak hanya di Jakarta. Mereka juga diagendakan studi banding ke Bandung, selama tiga hari. Saya dan temana saya (Mia) ditugaskan untuk mendampingi mereka. Kami berangkat dari Jakarta kira-kira ba’da ashar. Kami menunggu bus di Cawang-UKI.
Bus memang sudah ada. Bahkan banyak. Namun, kami tidak bisa langsung naik. Karena harus menunggu ikhwannya yang berada di belakang, dengan taksi berbeda pula. Setelah hampir satu jam menunggu, ikhwannya pun tiba. Kami langsung naik bus eksekutif-Primajasa. Karena lelah, sepanjang perjalanan kami gunakan untuk beristirahat.
Kami tiba di Bandung kira-kira pukul 19:30-an. Di Terminal Leuwipanjang, kami menunggu jemputan. Di sela-sela waktu menunggu jemputan, kami manfaatkan untuk menonton siaran Debat di TV-One. Saat itu memang sedang berlangsung debat tentang Aksi Anarkis Tolak Kenaikan BBM, antara Fitra Arsil dengan aktivis dari Forkot.
Cukup lama juga kami menunggu. Akhirnya jemputan pun tiba. Kami singgah terlebih dahulu di rumah salah seorang pengurus KAMMPUS, untuk menikmati makan malam. Setelah itu, kami diantar ke tempat istirahat. Ikhwannya beristirahat di Sekretariat KAMMDA Bandung. Sedangkan akhwatnya di kost-kostan tak jauh dari sana.
Selama di Bandung, kami secara bergantian dengan akhwat KAMMDA Bandung, untuk mendampingi mereka. Aktivis GAMIS mengunjungi berbagai tempat di Bandung, seperti: KAMMDA Bandung, GAMAIS-ITB, DT, dll. Selain itu juga mengadakan sharing dengan Akh Akbar.
Di antara mereka, ada yang sangat antusias bila bertemu dengan anak kecil. Dia adalah Munawirah. Ya, selama mendampingi mereka, Munawirah-lah yang selalu antusias melihat anak kecil. Seketika itu juga, dia pasti ingin menggendong dan berfoto dengannya. Bahkan tidak mengenal tempat. Ya di masjid, di jalan, di angkot, dan di tempat rekreasi.
Kata-kata comel/seronok selalu meluncur dari bibirnya, jika melihat anak kecil yang menarik perhatiannya. Tentu saja tugas kami adalah memberi penjelasan kepada si ibu, apa maksudnya. Wah... wah... kalau tidak begitu, bisa-bisa ibunya marah.
Hari terakhir di Bandung, tepatnya sebelum kembali ke jakarta. Kami berekreasi ke Taman Wisata Alam, Gunung Tangkuban Parahu. Kami berjalan kaki untuk menuju puncak/kawahnya. Diiringi dengan senda gurau, kami menapaki jalan yang cukup panjang. Sesekali kami duduk sejenak untuk melepas lelah atau sekadar meneguk air minum.
Akhirnya, setelah cukup lama berjalan kami sampai juga di Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu. Di sana kami menikmati keindahan ciptaan Allah SWT. Menikmati keindahan dan kesejukan panorama Bandung. Moment itu tak kami sia-siakan. Kami pun mengabadikannya. Sayang, saat itu akhwat KAMMDA Bandung tidak ada yang ikut L. Hanya ikhwan-ikhwan KAMMDA Bandung saja yang ikut.
Beberapa jam kami menikmati panorama Tangkuban Parahu. Selepas ashar menjelang maghrib, kami memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Jarak antara Tangkuban Parahu dengan Terminal Leuwipanjang, bukanlah jarak yang dekat. Butuh beberapa jam untuk menempuhnya.
Malam telah memayungi kota Bandung, sesampainya kami di Terminal. Karena ikhwannya lapar, kami singgah terlebih dahulu ke sebuah rumah makan, di dalam terminal. Kira-kira ba’da Isya, kami baru menaiki bus menuju Jakarta. Lelah membingkai wajah kami. Oleh karena itu, selama di perjalanan kami terlelap dengan mimpi masing-masing.
Sesampainya di Jakarta, jam hampir menunjukkan pukul 24:00. Tentu bukanlah kondisi yang aman berada di kota Jakarta, pada waktu-waktu seperti itu. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, salah seorang ikhwan KAMMPUS menemani kami di dalam taksi. Dia baru turun di putaran Tebet.
Alhamdulillah kami sampai dengan selamat dan langsung melanjutkan beristirahat. Namun, tidak demikian dengan Munawirah. Dia masih menyempatkan untuk mencuci pakaian. Memang selama di Jakarta, Munawirah selalu mencuci di malam hari.
Keesokan harinya (Ahad), kami bersiap-siap untuk studi banding ke SALAM-UI. Kami tiba di UI menjelang dzuhur. Selama studi banding, teman-teman GAMIS antusias. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Ba’da dzuhur, kami makan siang dengan hidangan yang sudah disiapkan oleh pihak SALAM.
Acara studi banding ini, kira-kira berakhir pukul 15:00. Untuk kali ini, kami pisah dengan ikhwannya. Karena kami akan shoping di Raihan dan Itishom terlebih dahulu, sebelum kembali ke KAMMJA.
Ba’da maghrib, kami baru kembali ke KAMMJA dan langsung beristirahat. Sebelumnya mereka packing barang-barang terlebih dahulu, karena esoknya (Senin malam) mereka sudah harus kembali ke Malaysia.
Kini, mereka memang telah kembali ke negeri Jiran. Namun, kenangan mereka tak akan lekang oleh waktu. Tak akan usang dimakan jarak. Sepuluh hari bersama, setahun terasa. Semusim bersama, seabad terasa.
Bogor, 18 Juli 2008
Nb: Untuk aktivis GAMIS Tetap semangat ya!
1 comments:
Assalaamu'alaikum wrm wbt
Saya dari Malaysia, pernah mengenali akhowat Munawirah,
Saya ingin bertanya, siapa nama ikhwan-ikhwan nya ya?
ikhwan bernama Dzulkhairi ada ya?
Khabir
Malaysia
http://matlamat-akhirat.blogspot.com
Post a Comment
Silakan masukkan komentar Anda. Jangan melakukan spam, gunakan bahasa yang sopan. Admin akan memeriksa komentar yang masuk. Terima kasih. :-)