Dik atau ’Dik’
>> Friday, August 29, 2008
Dik, aku pinta kau akan s’lalu setia
Dik, aku mohon kau s’lalu memenami
Saat ku tengah terluka
Kalaku tengah gundah
Ku akan menjagamu di bangun dan tidurmu
Di semua mimpi dan nyatamu
Ku akan menjagamu tuk hidup dan matiku
Tak ingin, tak ingin kau rapuh
Ya, tepat sekali. Lirik yang saya tuliskan di atas memang merupakan penggalan dari sebuah lagu berjudul ‘Dik’ milik band Wali. Terlepas dari anda termasuk yang sangat menyukai lagu itu, sedikit menyukai, sering mendengar, tidak sengaja mendengar, atau malah belum pernah mendengar. Karena saya bukan sedang memprovokatori anda untuk menyukai lagu ini.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya ketika sedang membimbing ekstrakurikuler Jurnalistik, lagu ’Dik’ menjadi objek pembahasa kami pada pertemuan kali itu. Salah seorang anak didik saya, yang hapal lagu tersebut, menyanyikannya dengan antusias. Setelah itu, kami mulai bereksperimen dengan lagu itu. Yang menjadi titik fokus kami saat itu adalah makna kata ‘Dik’ dalam lagu tersebut.
Berbagai opini pun muncul dari anak didik saya. Opini pertama adalah ada yang dengan sangat yakin berpendapat bahwa ’Dik’ berarti panggilan sang kakak kepada adik kandungnya. Alasannya, jika dilihat dalam video klip, jelas sekali bahwa sang kakak dengan setia menemani adiknya yang sedang sakit.
Opini kedua adalah ’Dik’ berarti panggilan sayang seseorang kepada kekasihnya yang sedang kronis. Alasannya, jika dilihat dari liriknya: Dik, aku pinta kau akan s’lalu setia. Dik, aku mohon kau s’lalu memenami. Saat ku tengah terluka. Kalaku tengah gundah, sudah jelas bahwa panggilan itu ditujukan untuk kekasih. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata setia. Kata ini memiliki nilai rasa cenderung terhadap seseorang yang di luar keluarga kandung. Begiti pula dengan kata memenami.
Untuk opini kedua ini, anak didik saya mengkaitkannya dari berbagai segi. Di antaranya: lirik, video klip, dan deskripsi band-nya.
Dik atau ’Dik’ adalah tergantung bagaimana cara seseorang mengapresiasi sebuah seni. Begitu pula dengan anak didik saya. Mereka berhak mengapresiasikannya, sesuai dengan pola pikir mereka. Yang terpenting di sini adalah, mereka dapat menganalisis dan berargumentasi dengan baik.
Bagaimana dengan Anda??? J
Bogor, 19 Agustus 2008
0 comments:
Post a Comment
Silakan masukkan komentar Anda. Jangan melakukan spam, gunakan bahasa yang sopan. Admin akan memeriksa komentar yang masuk. Terima kasih. :-)