Transliterasi Naskah Rabi'ah Al-Adawiyah
>> Wednesday, February 4, 2009
Bismillahirrahmanirrahim wabihi nasta’ in ’alaa, ini suatu hikayat Rabi’ah Al-Adawiyah tatkala itu ia berkhadimah kepada Syekh Juanaidi Al-Baghda Rahmatullah Alaihi maka datang kepada Syekh Junaidi Bin Samani Farj tahun lamanya ia akan berhadimah maka dilihat rupanya dan ilmunya dan sifatnya dan fi’linya dan budionya dan bijaksana lagi arif bilah terlalu amat baik rupanya maka Syekh itupun inginlah Rabi’ah Al-Adawiyah di dalam hatinya datang pada tujuh bulan lamanya dimakin itu juga tiada dikatakan seperti kata kepadanya
maka Rabi’ah Al-Adawiyah pun berkehendak kepada Syekh itu akan hadap juga sampai beberapa lamanya maka dikatakan oleh Syekh oti kepada Rabi’ah Al-Adawiyah ya Rabi’ percayalah kamu barang kehendak kepada aku ya Rabi’ maka kata Rabi’ ya Tuanku Syekh tiada yang lain peroleh tetapi tuanku guruh seperti Bapa dan lagi Tuan akan hamba tiada dapat hamba ridho akan tuan hamba maka ujarnya ya Rabi’ jika engkau tiada dapat tata aku mengajarkan kamu maka ujar Rabi’ hamba tiada ridho karena hamba melainkan Allah maka ujarnya ya rabi’ jika engkau ridho bangkulah aku mendatangkan birahimu kepada Allah Subhanahu Wata’ala maka ujar Rabi’ ya Tuanku “La Yutibbu Syaia Siwaallahu Ta’alaa” Artinya : “Bahwa aku tiada menyentuh sesuatu pun lain daripaga Allah Ta’alaa” maka ujarnya ya Rabi’ jikalau tiada mendapat birahi menunggulah aku mendatangkan birahimu kepada Allah ta’ala maka ujar Rabi’ ya Tuanku ada pun bersuami itu haramlah kepadaku maka ujar Syekh ya Rabi’ tiada engkau mengerti firman Allah Ta’ala di dalam Qur’an dimakin bait “Fain qihuu Matha’alakum Mina ‘nasyaa” Artinya “Beristrilah kamu perangainya baik bagi kamu daripada perempuan” maka ujar Rabi’ ya Tuanku hambamu tiada ridgokan bersuami maka ujarnya ya rabi’ tidakkah engkau dengar sabda Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wasallam “Annikahu Sunnati Faman Yarghabu Aan Sunnati Fahuwa Minni Faman Lam Yarghabu Aan Sunnati Falaisya Minni” Artinya: “Nikah itu sunnahku barang siapa bherkehendak kepada sunnahku maka yaitu daripada aku maka barang siapa tiada berkehendak daripada sunnahku maka tiada daripada aku” maka ujar Rabi’ sebenarnyalah seperti sabda Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam itu tetapi hambamu tiada ridhokan bersuami karena orang bersuami itu dengan rupa baik dan badian bermula hambamu dhoif maka ujar Syekh ya Rabi’ tiadakah Engkau mengira sabda Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam : “Laisya Syauaa Ahabba’llahu Illa Nikahi Walaisyaa Syauaa Ghadhaba’llahu Illa’Thalaqi” Artinya : ‘Tiadapun suatu kebaikan yang disukai Allah selain orang yang bersuami dan beristri dan tiadapun yang dibenci oleh Allah melainkan orang yang bercerai” maka ujar Rabi’a ya Tuhanku sebenarnyalah seperti sabda nabi SAW tetapi hambamu tiada ridhokan bersuami maka kata Robi’a : “Inni Layatlibu Syaiaa Fil’Qulubi Lian’na Qalbiha Yahiilu’kkahu Ta’alaa” maka ujar Rabi’a hamba tiada mau bersuami itu maka ujar Syekh ya Rabi’a tiada Engkau mengira sabda nabi SAW : “Man Ta’allama Harfan Fahuwa Maulanaa” Artinya : “Barang siapa mengajar satu huruf maka yaitu Tuhan” maka kata Rabi’a benarlah seperti sabda nabi SAW yan Tuhanku hambamu ridho di jual sepuluh kali pada sehari hambamu ridhokan dibakar ke dalam api hambamu ridho diselamkan di dalam laut sekalipun hambamu ridho tetapu seperti perkataan itu hambamu tiada mauh maka ujar ya Rabi’a tidakkah Engkau mengira sabda nabi SAW “Man’Akaranal’istadsi Fahuwa Khafirunn Waman Ankaraal’isytadsi Fahuwa Batilun” Artinya: “Barang siapa mungkar daripada kata guru maka ia itu tertutup dan barang siapa mungkar daripada guruna” maka yaitu salah makaEabi’a mengira sabda nabi SAW. Demikian itu maka Rabi’a pun pikir dalam hati tujuh hari dan tujuh malam tiada makan dan tiada minum dan tiada tidur sampai tujuh hari maka ujar rabi’a ya junjungan hambamu ridho seperti firman Allah ta’alaa dan sabda rasul SAW tetapi hambamu memohonkan janji dibawa pada tuanku maka ujar Syekh ya Rabi’a apa janjimu padaku katakan ahlim .
Salafi aku mengetahui dia maka ujar Rabi’a ya Tuanku Syekh hambamu ridho dikawin tuanku khutbah nikah itu tetapi hambamu menemukan wathi dan itman maka ujar Syekh ya Rabi’a barang bagaimana kau kehendaki kuturunkan. Pada masa ini maka dikhawarirkan khutbahnya ibrahim akan alasan kahawin stabil setengah firoq tembangan dari negeri Baghdad setelah sudah kahawin kalikan maka Rabi’a pun bersujud dibawah Qodim. Syekh sampai dating kepada tujuh tahun lamanya, demikian oitu juga Syekh dan Rabi’a pun tinggalkan pula Syekh itu setelah dengarlah segala uang di dalam negeri Baghdad itu adalah rabi’a maka segala kaya-kaya dan segala penghulu-penghulu dan segala lebih-lebih dan segala mukmin-mukmin sekalian di dalam negeri itu akan rabi’a tiada ridho akan bersuami maka kata Rabo’a adapun suami ayat harmilah.
Padaku sampai beberapa lamanya demikian itu juga kata didengar kepada Syekh yang taat dan baik rupanya, rarasnya lagi mu’tabar rupanya segala orang-orang empat itu maka kata Syekh empat orang itu marilah kita pergi kepada salah seorang pada kita empat ini akan ridhonya maka Syekh empat orang itu pergilah kepada rabi’ pertama Syekh Sari’ah dan kedua Syekh Thoriqoh, dan ketiga Syekh haqiqoh dan keempat Syekh Ma’rifah. Setelah datang Syekh empat orang itu dating kepada Rabi’ maka Rabi’ mengambil air akan basahkan kepada kaki Syekh empat orang itu setelah Rabi’ segeralah mengambil permadani akan tempat kedudukan oleh Syekh empat itu maka diambil pula tempat pinang dan perhadapan orang empat itu “Hai tuan-tuan yang empat ini apa maksud tuan-tuan datang kepada kepada hamba karena hambamu ini orang ghorib lagi dhoif dan payah lagi bebal tiadapun berilmu apakah pekerjaan tuan datang kepada hambamu ini maka Syekh empat orang itu berkata “Ya Robi” maka dengarlah kepada orang banyak yang engkau ini perempuan berbudi dan berilmu dan beramal dan berakhlak dan terlalu elok rupanya lain dari pada perempuan sekalian lagi perempiuan Maha Besar dan malih, shodiq, maka datang kami ini pilih salah seorang yang empat ini akan suamimu ya Rabi’ benar kepadamu ambil akan suamimu maka kata rabo’ yan Tuhanku Syekh empat orang sungguh tuan-tuan yang masyaasyiih lagi mu’tabar tiada ridho hamba pada tuan-tuan anjing dibawah itu maka pergilah kepada Sultan Abu Sa’id maka Syekh empat itu datang bersembah kepada Sultan Abu Sa’id itu “ya Paduka Sya’ah Alim Sri Sultan Al-Mu’zhom Al-Maliki, Al-Kirom Zolla Allah ta’alaa Fil-A’alam Ya Ruhanku dialah seorang perempuan yang bernama Rabi’ mengatakan hambamu empat orang seperti anjing dibawah rumahnya maka Sultan itu menyuruh orang memanggil kepada Rabi’. Setelah datang Rabi’ kepada Sultan Abu Sa’id maka bertanya Sultan itu “Hai Rabi’ mengapa engkau mengatakan kepada Syekh empat orang ini seperti anjing-anjing dibawah rumahmu maka Rabi’ pun datang sembah kepada Sultan itu “ya Tuhanku sembah Alim hambamu mendengar suatu hadits : “Nabiyaa Sallallahu Alaihi wassalama Addun’niyaa Bisiifatun Wathalibuha Qilabun” Artinya : “Bermula yang menuntut dunia itu seperti anjing menuntut barang busuk itu melainkan anjing”. Ya Sya’ah Alim Al-hammu daripada bangkai busuk itu hambamu barang siapa yakni akan hambamu ini seperti anjing di rumahku maka Sultan Abu Sa’id bewnar katamu ini ya Rabi’ sampai bertanya Sultan Abu Sa’id kepada Syekh empat orang itu dahulu itu Tanya kepada Syekh syariat, tahukah engkau pada jalan syari’at maka kata Syekh hamba tahu pada jalan syari’at maka disuruh Sultan mengambil tali kuda maka diikat punggungnya maka disuruh tarik janggut oleh Syekh maka barulah dihalalkan sebelah janggut maka syari’at rakian mka dilamakan Syekh itu maka sabda Sultan Abu Sa’id kepada Syekh Thoriqoh maka disuruh ambil kursi maka disuruh tikam pada dada maka barulah menakarlah mengatakan dirinya hamba tiada tahu pada jalan Thoriqoh rakian maka dilengafkan kepada Syekh itu maka sabda Sultan Abu Sa’id kepada Syekh Hakiqoh tahukah engkau pada jalan Hakiqoh maka ujar Syekh itu tahu hambamu pada jalan Hakiqoh maka disuruh ambil maka dimasukkan ke dalam maka di suruh buangkan ke dalam laut daharukan diselamkan ke dalam laut maka Syekh Hakiqoh itupun menakarlah mengatakan dirinya tiada rahu pada jalan Hakiqoh maka dilepaskan kepada Syekh itu maka kata Sultan Abu Sa’id kepada Syekh Ma’rifat maka disuruh ambil kayu sekira-kiranya sebuah rumah baiknya maka dibuba api maka disuruh masukkan ke dalam api maka barulah akan dimasukkan ke dalam api maka Syekh itupun menakarlah mengatakan dirinya tiada tahu pada jalan Ma’rifat setelah sudah dilepaskan Syekh empat orang disiasikan itu maka sabda Saidinah Abu Sa’id kepada Rabihan Al-Adawiyah hai Rabihan Al-Adawiyah tahukah engkau jalan syari’at maka ujar Rabi’ tahu hambamu pada jalan syari’at maka ujar Rabi’ tahu hambamu pada jalan syari’at dengan sempurnanya maka Rabi’a dengan sebenarnya maka di suruh ikat pada punggungnya dengan tali maka dahlia pada Rabi’a pun masuk pada huruf alif bila makan bila saman maka nia tiada tahu akan tali itu dan dahulu itu dan orang sekalian melainkan Allah Ta’alaa maka sabda Sultan Abu Sa’id ya nabi tahukah engkau pada jalan Thoriqoh maka ujar Rabi’a tahu hambamu pada jalan Thoriqoh dengan sempurnah maka di suruh ambil kursi ditikam pada dadanya tatkala akan ditikam itu maka ia pun masuk pada huruf awwalam bila makan walau saman illa yashsuhuh’llahu ta’alaa, tiada ia tahu akan ditikam dengan kursi itu melainkan Allah jua yang amat tahu lalu taruh kursi itu kepada dadanya kali seketikapun tiada luka dan lakunya pun tiada dikelihatan maka sabda Sultan Abu Sa’id sesungguhnya ya Rabi’a engkau tahu pada jalan haqiqoh maka kata Rabi’a insyaallah ta’alaa hamba kerjakan dengan nama Allah maka disuruh Sultan Abu Sa’id kepada nabinya diselamatkan ke dalam laut maka baru disalamkan maka Rubiyah pun masuk kepada huruf lama akhir maka barulah tepis seperti budak pada para ibunya maka ia tiada tahu akan dirinya dari itu melainkan Allah Subhanahuwata’ala juga yang tahu kepada Rubiyah seperti budak di dalam helawat tujuh malam di dalam air itu/lalu segeralah disuruh wali Sultan kepada rakyatnya berangkatan ilham akan Rubiyah di dalam air itu tiada dia mati sehelai rambutnya pun tiada kalah maka sabda Sultan Abu sa’id bahwasanya engkau tahu jalan hakiki maka sabda Sultan Sa’id Rubiyah engkau pun tahu jalan hakiki maka sabda Sultan Abu Sa’id Rubiyah engkau tahu pun jalan Ma’rifah dengan sempurnanya maka kata Rubiyah insyaallah ta’alaa hambamu tahu pun jalan ma’rifah dengan sempurnanya maka sabda sultan pada rakyatnya ambil kayu dengan sekiranya sebuah rumah maka sabda sultan pada rakyatnya ambil kayu kepada Rubiyah dimasukkan ke dalam api maka segeralah di ambil Subiyah dibuangkan ke dalam api bercalah-calah itu tatkala baru dibuangkan ke dalam api maka Rubiyah pun masuk ke dalam wali zaman lasya hati ghoirullah artinya tiada sehingga lain daripada Allah artinya tibakah lainnya kepada Allah ta’alaa rekannya maka Rubiyah pun kelihatan tubuhnya seperti mukanya gilang gemilang cahayanya sehelai rambutnya pun tiada hangus maka sabda sultan bahwasanya kita mau itu benar dan segala perbuatan guna benar dan segala lakumu. Lalu lebih daru pun segala perempuan seorang pun tiada harus akan suamimu melainkan kepada suaminya maka wajar Rubiyah Syekh Salam Sari Sultan Al-Malik Al-Karim Allah Ta’alaa Fil’alamin engkau yang ada adalah melainkan pun menikah dan berandai-andai pada engkau bermula aku tiada ridho’kan bersuami maka katanya pula ya Sultan Laa yatola’addun’niyaa Wal Akhiroh Laa Yatolaballahu Ta’alaa juga kata Subiyah ya Sultan tidakkah engkau firman Allah ta’alaa “Samaroduulii Muu Lii Humulhaqi” Artinya : “Semua kemudian kembali kepada ialah tuhan yang benar maka sabda sultan ya rubiyah tidakkah engkau dengar sabda nabi solallahu’alaihi wasallan adalah nikah habiballah utoola wa’aduwallah adalah nikah adalah yahaballah ta’alaa artinya tidakkah memaksakan nikah melainkan memaksakan Allah juga berkata sultan ya rubiyah tidakkah dengar firman Allah ta’alaa “waholaqna kama jaa madiina” Artinya : “pun akan bersuami juga maka ujar rubiyah “laa yatoolabaddun yaa bil fana’a laa ya tolaballahu baqo” Artinya : “Aku tidak menuntut dia yang binasa melainkan menuntut Allah yang kekal maka sabda sultan ya rubiyah “wa kuli maa holaqollahu yaa jaujah” Artinya : “Sekalian dijadikan tiap-tiap ya rabbi Tuhan Maha Tinggi dengan berseri juga maka sempurnalah dan tiada sampai hidupnya” jam didengar Rabbi’a sabda Sultan Abu Sa’id Hakim itu maka membicarakan dalam hatinya sepuluh hari dan sepuluh malam tiada makan dan tiada minum dan tiada tidur melainkan membicarakan dalam hatunya juga maka katanya Rabbi’a ya paduka Sri Sultan Sa’id halkim itu membicarakan di dalam hatiku maka ujar Rabbi’a ya Paduka Syekh Alam Sri Sultan Al-Hakim Al-Malik Al-Karim Dhola Allah Ta’alaa Fil’Alamin, maka sultan itupun berkhayal bukan Rabbi’a di luar rumah berdiri kepada huruf yafu maka perlakuan pada lima maka Rabbi’a bergerak segala anggotanya berdiri segala rambutnya dan rahmat kenalah akan dirinya adapun pintu surga dua puluh delapan pengikat maka tiada dikhobarkan dirinya seperti mayat disintarkan tujuh hari tujuh malam ia mi’raj kepada Tuhannya maka kembalikan nafsunya ulah sultan iapun gonilah daripada getah ,maka barulah nafasnya maka diberi Allah ta’alaa Sultan itu empat ratus rumpun yang dafilah kunudi Rabbi’a itu setelah datang kepada tujuh bulan lamanya dalam
3 comments:
bagus banget, Rabi'ah aladawiya, ibu proklamator mahabbatull..
Utk Asy-Syuhada: Ya Pak, Rabi'ah Sang Plokamator. :-)
Post a Comment
Silakan masukkan komentar Anda. Jangan melakukan spam, gunakan bahasa yang sopan. Admin akan memeriksa komentar yang masuk. Terima kasih. :-)