"Save Our Palestine... Save Our Palestine... Save Our Palestine" "Please Pray for Palestine...."

bisnis syariah

html stats

Glitter Words
Glitter Words


Untukmu, Saudaraku….

>> Friday, August 29, 2008

Sehelai daun damba jatuh di biru telaga jernih-Nya.
Harap tersucikan dari debu-debu yang lekati permukaannya.
Di bulan RAMADHAN nan mulia ini,

izinkan ana mengucapkan:

Minal a’idzin wal fa’idzin.
Mohon maaf lahir dan batin.
Taqobalallahu minna wa minkum.
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Semoga limpaha pahala dan barokah-Nya ditujukan pada kita. Amiin. :)


Bogor, 25 Agustus 2008

Lanjut membaca “Untukmu, Saudaraku….”  »»

Untukmu, Saudaraku ….

Kadangkala hidup menjadi terasa begitu sulit
Langkah ini terasa begitu berat
Hati terasa begitu enggan mengarungi jalan ini
Debu-debu, karang, duri tajam, terasa begitu menyakitkan

Tetapi Saudaraku ....
Kala kau ulurkan tanganmu
Dan kau ucapkan taushiyah yang menyejukkan hatiku

Sungguh, Saudaraku ....
Beban yang tadinya begitu berat
Langkah yang tadinya terbata-bata
Menjadi begitu ringan dan bertenaga
Kala ku tahu kau ada bersamaku
Saling menjaga dan menyayangi
Mengingatkan apabila yang satu terlalaikan

Ah, Saudaraku ....
Tanpa terasa begitu lama jalan dakwah ini kita lalui bersama
Jalan yang telah mempertemukan kau dan aku
Dalam ikatan yang begitu kuat, begitu kokoh, begitu indah
Bahagia terasa kala kita jalani hari-hari bersama

Mencari seserpih cinta
Dalam menggapai Ridho-Nya

Entah berapa banyak noda hitam yang menggores kisah kita
Saat luka di hati merebak
Kala binar Mahabbah tak lagi bersemi
Kala kau tak menyukai perbuatanku, karena Allah

Betapa yang ku ingin, Saudaraku ....
Semoga maaf terlantun dari hatimu yang tulus
Semoga Allah menghapus semua dendam di dada
Semua salah di hati
Semua noda dan dosa yang ada
Agar kau dan aku
Kita semua
Dalam payung MAAF-NYA


Diberikan oleh seorang Saudara untuk Saudaranya.
Nb: Detik-detik penantian telah tiba. RAamadhan telah di hadapan, Izinkan saya mengucapkan ‘Mohon Maaf Lahir dan Batin.’ Atas segala khilaf diri, baik sengaja ataupun tidak. Jazakumullah Khairan Katsira. J


Bogor, 25 Agustus 2008

Lanjut membaca “Untukmu, Saudaraku ….”  »»

Sayangi Dirimu, Wahai Muslimah



Wanita, saat ini ibarat barang dagangan. Dikemas, dibungkus seindah mungkin, kemudian dijajakan kepada konsumen dengan harga yang murah. Sehingga tak heran jika saat ini banyak terjadi pelecehan seksual, baik fisik atau nonfisik terhadap wanita, tanpa adanya hukuman yang setimpal bagi mereka yang berbuat.

Belum lagi ketika aurat dibiarkan terbuka, ancaman kanker kulit semakin besar. Mengapa?? Karena tubuh yang terkena sengatan ultraviolet secara langsung dapat menyebabkan kanker kulit. Dewasa ini ketika semakin menipisnya lapisan ozon, maka sinar ultraviolet semakin berbahaya, terutama untuk wilayah Khatulistiwa. Sehingga kasus penderita kanker kulit semakin meningkat.

Hal ini memerlukan upaya pencegahan yang tidak hanya bersifat umum, melainkan juga khusus yang dilakukan oleh setiap individu. Salah satunya adalah dengan menggunakan pakaian yang benar-benar mempunyai daya protektif. Karena pakaian ini secara langsung atau tidak, akan mengurangi efek dari sinar ultraviolet.

Khusus bagi wanita Islam (Muslimah), cara terbaik untuk mencegah kanker kulit adalah dengan berpakaian yang tertutup, yaitu dengan cara berpakaian muslimah, seperti yang diperintahkan oleh Allah SWt. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pakaian muslimah merupakan pakaian takwa yang dapat memproteksi diri dari pengaruh buruk lingkungan.
Ayo Muslimah... Sayangi dirimu dengan Gerakan Tutup Aurat!


Bogor, 25 Agustus 2008
Nb: Ditulis kembali dari Risalah Rohani-LDK UNJ, dengan pengubahan di beberapa bagian, tanpa mengubah esensinya.

Lanjut membaca “Sayangi Dirimu, Wahai Muslimah”  »»

Yang Terpenting I-D-T, Bukan Menang atau Kalahnya

So... Let’s SMILE, Guys!!!


Allah SWT menciptakan segala sesuatu di dunia ini secara berpasang-pasangan. Siang-malam, panas-dingin, cerah-hujan, lelaki-perempuan, kaya-miskin, pertemuan-perpisahan, berhasil-gagal (tidak/belum berhasil), samapi pada menang-kalah.

Apa yang kita jalani di dunia ini sudah dituliskan oleh Sang Khalik. Semua tertera dengan jelas dalam Skenario Kehidupan yang dibuat oleh-Nya. So, tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Melainkan semuanya atas kehendak-Nya.

Seorang teman bercerita kepada saya bahwa dia baru saja mengikuti lomba Hacking di sebuah kota. Lomba tersebut berlangsung selama lima jam, dari jam 13:00-17:00 WIB, dengan jumlah peserta 10 orang. Mereka diminta untuk mencari 7 file gambar yang tersebar di 3 server dari 13 server yang ada. Sampai waktu yang sudah ditetapkan, mereka belum berhasil menemukan file-file gambar tersebut secara utuh. Dan teman saya pun harus bangga dengan urutan keempat yang diperolehnya.

Saya juga jadi teringat, ketika beberapa bulan lalu saya dan beberapa teman mendampingi anak didik mengikuti OLIPA (Olimpiade Al-Quran), yang diadakan oleh sebuah Ma’had terkemuka di Jakarta. Saat itu ada 3 item yang dilombakan, yaitu cerdas cermat, storry telling, dan tahfidz. Dan ini lomba OLIPA pertama yang diikuti oleh anak didik saya. Mengingat mereka berasal dari sekolah asrama putrid, yang waktu mereka lebih banyak dihabiskan di lingkungan asrama. Alhamdulillah, dari ketiga lomba yang diikuti, mereka juara tiga storry telling. Kecewa?! Tentu saja. Wajah polos mereka menyiratkan hal itu. Namun, sebagai pendidik, kami mencoba memberi pengertian kepada mereka dan membesarkan hati mereka.

Kisah yang hampir sama juga pernah saya alami ketika SMP. Saat itu, saya dan tim PRAMUKA SC (Semen Cibinong: SMP saya) mengikuti lomba Lintas Alam yang diadakan oleh MAN 2 Bogor. Saingan kami saat itu se-Bogor. Jadi bukan lagi tingkat Kabupaten. Kami harus melintasi trek-trek yang sudah disediakan. Sawah, sungai/kali, rumah penduduk, dan trotoar menjadi trek-trek atau lintasa yang harus kami lalui. Walaupun kami berasal dari Kabupaten dan bisa dikatakan ‘buta’ trek-trek di kota Bogor, kami tetap berusaha menyelesaikan lomba tersebut. Memang, pada akhirnya rim putri kalah. Yang menang justru dari tim putra. Lagi-lagi rasa kecewa itu menghiasi suasana usai lomba. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Kami masih bisa berbangga hati, karena sekolah kami menang.

Dari ilustrasi-ilustrasi di atas, kita dapat menarik benang merah, bahwa kemenangan atau kekalahan akan senantiasa hadir dalam hidup kita. Tak peduli apakah kita suka atau tidak. Tak peduli apakah kita mengingiinkannya atau tidak.

Kekalahan atau kegagalan (keberhasilan yang tertunda) dalam hidup, bisa menjadi pembelajaran yang baik. Tetapi bisa juga menjadi bumerang. Bagaiman tidak! Jika kita larut (terlena) dalam kesedihan akibat suatu kekalahan, maka hal itu akan berdampak negatif bagi diri kita. Kita akan terus-menerus berada di bawah baying-bayang kesedihan.

Saudaraku, tentu kita sama-sama mengetahui, bahwa Allah SWT tidak akan dengan serta-merta memberikan apa yang kita inginkan dalam hidup ini. Ada sebuah proses yang harus kita jalani. Kemenangan atau kekalahan bukanlah sebuah titik akhir dari proses. Saya yakin, kalian semua bisa lapang dada menerima segala cobaan hidup. Saya juga yakin, kalian selalu berusaha menjalankan proses dengan sebaik-baiknya. Dan saya juga yakin, bahwa kalian tahu bahwa yang terpenting bukan menang atau kalahnya. Melainkan I-D-T-nya (Ikhtiar-Doa-Tawakal). Selama kita masih menjalankan rumus I-D-T, selama itu pulalah masih ada secercah harapan. So... Let’s SMILE, Guys!!!


Seorang teman pernah berkata kepada saya, ’Kesedihan bukanlah dosa, tetapi akan menjadi dosa ketika engkau menebarkan benih-benihnya, memelihara, dan membanggakannya.’
’Tetaplah mensyukuri kesempatan, sebab jarang sekali kesempatan yang hilang akan datang kembali. Sungguh beruntung orang yang dapat memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin.’


Bogor, 25 Agustus 2008

Lanjut membaca “Yang Terpenting I-D-T, Bukan Menang atau Kalahnya”  »»

Mereka Generasi Penerus Bangsa




Seorang anak kecil berlari tanpa alas kaki di atas aspal ibu kota. Mengejar metro yang sesekali berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Berbekal krecekan atau botol aqua yang di dalamnya ada beras atau pasir, si kecil melantunkan lagu-lagu, yang seharusnya bukan untuk mereka. Berbalut pakaian yang tak layak pakai, si kecil terus bernyanyi. Tanpa peduli apakah suaranya layak di dengar atau tidak. Tak peduli dia hafal lagu itu atau tidak. Bahkan tak jarang lendir keluar dari hidungnya. Dia terus bernyanyi. Sampai akhirnya, mengambil kembali amplop-amplop yang sebelumnya dibagikan kepada para penumpang atau menengadahkkan tangan, kantung permen untuk meminta imbalan atas lagu mereka. Mungkin tepatnya menminta suimpati / belas kasihan dari para penumpang.

Di sudut kota lain, gadis belia berdiri di pinggir jalan. Tak peduili malam telah memayungi bumi. Dengan make-up tebal, rambut yang ditata sedemikian rupa, lipstick yang mengisyaratkan sensualitas bibirnya, alas kaki berhak tinggi, dan berbalut pakaian yang sangat seksi, dia tetap berdiri di sana. Senyum menawan tak pernah hilang dari bibirnya. Sungguh pemandangan malam sangat kontras dengan pagi sebelumnya. Pada waktu pagi, dia masih mengebnakan seragam. Layaknya anak-anak lain yang bersekolah. Tak ada make-up, pemulas bibir, aksesoris rambut pada dirinya. Yang ada hanyalah potret seorang gadis ayu, polos, dan terkesan belum mengerti apa-apa tentang hidup.

Tentu kita sepakat, bahwa kedua ilustrasi di atas adalah gambaran yang sudah pernah atau sering kita dengar / lihat. Ya, kedua ilustrasi di atas memang merupakan sebagian kecil dari potret buram ‘kekerasan’ terhadap anak. Adanya UU Perlindungan Anak tidak lantas menghilangkan fenomena di atas. Kekerasan fisik, eksploitasi anak, menjadikannya mesin uang (penyanyi jalanan/pekerja seks) tetap menghantui hari-hari mereka. Terutama bagi mereka yang hidup di lingkungan menengah ke bawah sekali.
Saya pernah melihat berita di Televisi yang menayangkan tentang kekerasan terhadap anak. Tepatnya anak dijadikan pekerja seks di Kota Cianjur. Selain itu dijelaskan pula 43 juta anak mengalami kekerasan, yakni dijadikan sebagai pekerja seks. Berdasarkan data KOMNAS juga disebutkan 400 juta anak mengalami berbagai kekerasan dalam hidupnya. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, setengah tahun ini jumlah kekerasan pada anak meningkat 54 %. Sungguh miris memang. Setiap tahun kita memperingati Hari Anak. Namun, setiap tahun pula persentase anak-anak korban kekerasan semakin bertambah.

Pada saat diwawancarai, Pemerintah hanya mengatakan sudah ada UU Perlindungan Anak. Padahal kita ketahui bersama bahwa UU hanyalah aturan tertulis (Benda mati). Berjalan atau tidaknya, itu tergantung pada pihak-pihak terkait atau aparatnya. Dalam hal supremasi hukum, dalam hal ini UU Perlindungan anak, semua pihak harus terlibat secara aktif. Mulai dari pemerintah, aparat penegak hukum, Masyarakat, KOMNAS Perlindungan Anak, Psikolog, Agamawan, Guru, Keluarga, dan yang paling utama adalah orang tua. Jika semua item di atas sudah sinergis, niscaya kekerasan terhadap anak sedikit demi sedikit dapat diminimalisasi.



Berbicara tentang anak juga tidak terlepas dari sosok-sosok generasi penerus bangsa. Ya, sosok-sosok kecil yang kini mayoritas menjadi korban kekerasan, boleh jadi merupakan salah satu orang yang nantinya berjaya di masa depan, sebagai agen perubahan bangsa. Atas kehendak Allah (Izin dari Allah), Dzat Maha segalanya, mereka bisa mengubah bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, yuk kita sama-sama membimbing dan membina mereka, sesuai dengan kemampuan kita. Untuk masa depan bangsa lebih baik lagi.


Bogor, 21 Agustus 2008

Lanjut membaca “Mereka Generasi Penerus Bangsa”  »»

Jangan Biarkan Hal-hal Sepele Menghancurkan Hidupmu

So... Let’s SMILE, Guys!!!

Banyak orang dilanda kesedihan dan penyebab utamanya hanyalah masalah sepele dan tidak layak untuk disebutkan, karena keremehannya yang teramat sangat. Hal ini dapat melemahkan iman dan membekukan semangat, serta melemahkan tekad.

Alangkah lebih baiknya, jika kita melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada memikirkan hal-hal yang sepele yang duniawi, syahwati, dan syaithani. Masih ingatkah kita dengan tragedi kesurupan yang banyak menimpa pelajar sekolah? Sesungguhnya, kondisi yang paling kritis bagi pemikiran seseorang adalah manakala yang bersangkutan kosong dari kegiatan yang menyibukkan dirinya, sehingga keadaannya sama seperti sebuah mobil yang digelandang menuju jalan menurun tanpa pengemudi. Kemudian, oleng deh ke kanan atau ke kiri. Jika kekosongan menyelimuti kita, maka bersiap=siaplah kedatangan tamu kesedihan, kesusahan, dan ketakutan.

Tak perlulah kita melamun, berandai-andai, berangan-angan, atau berpikir keras ketika menghadapi qodhoya (permasalahan) hidup. Karena orang yang cerdas lagi kreatif dapat mengubah kerugian menjadi keuntungan. Sedangakn orang yang tidak pintar (bodoh) lagi nervous akan membuat suatu musibah yang menimpanya menjadi dua musibah. Peribahasanay ’Sudah jatuh, tertimpa tangga.’

Sahabatku... alangkah perlunya kita akan senyuman, keceriaan wajah, kelapangan dada, keindahan budi pekerti, kehalusan jiwa, dan kelembutan hati.

Maka tersenyumlah :), karena bintang-bintang tertawa ceria. Sekalipun kegelapan malam bertumpang-tindih.
Jadilah bintang itu, Sahabatku!!! :) :) :)

Mari pelihara shalat, lestarikan istighfar, tebarkan senyuman, kendalikan emosi (jangan dikendalikan oleh emosi), hadirkan ketenangan, perkuat rasa kesyukuran, pupuk persaudaraan, dan TEGARLAH! :)

Yakinlah bahwa pertolongan Allah SWT amatlah dekat.


Nb: Ditulis kembali dari Lembar Rtaushiyah Rohis Jurusan.




Bogor, 19 Agustus 2008

Lanjut membaca “Jangan Biarkan Hal-hal Sepele Menghancurkan Hidupmu”  »»

Mereka Adalah Gank Comot

Seperti yang saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, ’Sampah itu Sampah Kita’ bahwa kemacetan dan sampah adalah bagian dari sebuah kota (khususnya Jakarta). Kedua hal itu menjadi potret buram Ibu kota, selain pengangguran, kriminalitas, kemiskinan, banjir, dan sebagainya.

Ya, macet dan sampah seakan menjadi ikon ibu kota kita tercinta, Jakarta. Pada tulisan kali ini, saya akan membahas tentang sebuah gank. Bicara tentang gank, biasanya langsung berkaitan dengan hal negatif, misal: gank moge (motor gede), gank preman pasar, gank sekolah, dll. Yang biasanya berujung pada perkelahian, tindak kekerasan, atau keonaran. Namun, tidak demikian dengan gank yang akan saya bahas di sini.

Mereka dikenal dengan nama Gank Comot, artinya gank atau kelompok yang mencomot-comot (mengambil atau membersihkan) sampah yang berserakan di jalan-jalan ibu kota. Jumlah mereka tidak sebanding, jika dibandingan dengan jumlah sampah di ibu kota setiap harinya.

Gank Comot dikenal juga sebagai Gank Cinta Damai. Mereka yang termasuk anggota gank ini, menjalani misinya dengan menggunakan sepeda ongkel, yang de belakangnya terdapat sebuah kotak untuk menaruh sampah. 30.000,- rupiah per hari, itulah upah yang mereka terima atas jasa-jasa mereka. Sungguh upah yang tak bisa dibilang sepadan, jika dibandingkan dengan jasa mereka untuk kebersihan Ibu kota.

Namun, memang begitulah adanya. Itulah potret mereka. Dari hari ke hari, dengan peluh membasahi badan, dengan tuntutan agar tetap tersenyum, senyum mereka menghiasi teriknya ibu kota tercinta, Jakarta.


Bogor, 19 Agustus 2008

Lanjut membaca “Mereka Adalah Gank Comot”  »»

Sampah itu Sampah Kita

Kemacetan dan sampah tentu sudah menjadi bagian dari sebuah kota (khususnya ibu kota). Bagi kalian yang tinggal di ibu kota, pemandangan di atas pasti ditemui setiap harinya.

Setiap hari, sampah berserakan di mana-mana, baik sampai organik maupun anorganik. Walaupun tersedia fasilitas umum, yakni tempat sampah. Hal itu tidak serta-merta membuat masalah ini selesai.

Sudah menjadi knowledge of the world bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, belum memasyarakat. Dengan berbagai alasan, di antaranya: kesibukan, deadline, malas, gengsi, dan lain sebagianya, meeka sering melupakan hal itu. Lagi-lagi membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya) pun menjadi alternatif utama.

Apakah kita termasuk di dalamnya? Ya, boleh jadi kita termasuk dari sekian banyak orang yang membuang sampah sembarangan dan semaunya. Kalau istilah orang Jawa “Sak enak’ e dewe.” Ya, penyakit membuang sampah sembarangan memang bisa menjangkit siapa saja alias tidak pandang bulu. Mulai dari guru sampai murid, dari wong licik sampai wong cilik, pejabat sampai bawahan, aktivis dan bukan aktivis, dan profesi lainnya.

Coba kita lihat ilustrasi di bawah ini:
1) Tentu bukan pemandangan yang baru, jika kita melihat aktivis dakwah dengan tanpa beban membuang sampah sembarangan di kendaraan umum atau tempat-tempat umum. Walaupun itu hanya sampah kecil, missal: bungkus permen. Terlepas dari alasan mereka, lupa dan sebagainya.

2) Sebaliknya, bukan pemandangan yang baru juga, jika kita melihat aktivis memasukkan bungkus permen atau sampah-sampahnya ke dalam tasnya, dengan maksud akan membuangnya ke tempat sampah.

Dari ilustrasi di atas, dapat kita lihat perbedaannya. Jika dikaitkan dengan kesadaran masyarakat akan sampah, tentu ilustrasi kedualah yang menjadi pulihan. Hal ini paling tidak dapat membantu para petugas kebersihan.

Disadari atau tidak. Suka atau tidak. Sampah yang berserakan setiap harinya adalah sampah kita. Kitalah yang harus bertanggung jawab. Kita juga yang memutuskan, apakah termasuk si pembuang sampah sembarangan atau si pembuang sampah pada tempatnya. J


Bogor, 19 Agustus 2008

Lanjut membaca “Sampah itu Sampah Kita”  »»

Dik atau ’Dik’

Dik, aku pinta kau akan s’lalu setia
Dik, aku mohon kau s’lalu memenami
Saat ku tengah terluka
Kalaku tengah gundah

Ku akan menjagamu di bangun dan tidurmu
Di semua mimpi dan nyatamu
Ku akan menjagamu tuk hidup dan matiku
Tak ingin, tak ingin kau rapuh


Ya, tepat sekali. Lirik yang saya tuliskan di atas memang merupakan penggalan dari sebuah lagu berjudul ‘Dik’ milik band Wali. Terlepas dari anda termasuk yang sangat menyukai lagu itu, sedikit menyukai, sering mendengar, tidak sengaja mendengar, atau malah belum pernah mendengar. Karena saya bukan sedang memprovokatori anda untuk menyukai lagu ini.

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya ketika sedang membimbing ekstrakurikuler Jurnalistik, lagu ’Dik’ menjadi objek pembahasa kami pada pertemuan kali itu. Salah seorang anak didik saya, yang hapal lagu tersebut, menyanyikannya dengan antusias. Setelah itu, kami mulai bereksperimen dengan lagu itu. Yang menjadi titik fokus kami saat itu adalah makna kata ‘Dik’ dalam lagu tersebut.

Berbagai opini pun muncul dari anak didik saya. Opini pertama adalah ada yang dengan sangat yakin berpendapat bahwa ’Dik’ berarti panggilan sang kakak kepada adik kandungnya. Alasannya, jika dilihat dalam video klip, jelas sekali bahwa sang kakak dengan setia menemani adiknya yang sedang sakit.

Opini kedua adalah ’Dik’ berarti panggilan sayang seseorang kepada kekasihnya yang sedang kronis. Alasannya, jika dilihat dari liriknya: Dik, aku pinta kau akan s’lalu setia. Dik, aku mohon kau s’lalu memenami. Saat ku tengah terluka. Kalaku tengah gundah, sudah jelas bahwa panggilan itu ditujukan untuk kekasih. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata setia. Kata ini memiliki nilai rasa cenderung terhadap seseorang yang di luar keluarga kandung. Begiti pula dengan kata memenami.
Untuk opini kedua ini, anak didik saya mengkaitkannya dari berbagai segi. Di antaranya: lirik, video klip, dan deskripsi band-nya.

Dik atau ’Dik’ adalah tergantung bagaimana cara seseorang mengapresiasi sebuah seni. Begitu pula dengan anak didik saya. Mereka berhak mengapresiasikannya, sesuai dengan pola pikir mereka. Yang terpenting di sini adalah, mereka dapat menganalisis dan berargumentasi dengan baik.
Bagaimana dengan Anda??? J


Bogor, 19 Agustus 2008

Lanjut membaca “Dik atau ’Dik’”  »»

Tangkuban Parahu dalam Ingatan

>> Tuesday, August 19, 2008

Menyambung tulisan sebelumnya, yaitu ’Semusim Bersama, Seabad Terasa
(Bingkisan dari Indonesia)’, di sini saya akan menceritakan perjalanan kami ke Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Bandung-Jawa Barat

Hari terakhir di Bandung, tepatnya sebelum kembali ke Jakarta. Saya, Mia, Yumroni, Amika, teman-teman KAMMDA Bandung, dan ttentunya teman-teman GAMIS berekreasi ke Taman Wisata Alam, Gunung Tangkuban Parahu. Kami berjalan kaki untuk menuju puncak/kawahnya. Diiringi dengan senda gurau, kami menapaki jalan yang cukup panjang.

Mungkin sudah menjadi pemandangna umum, bahwa ikhwan berjalan lebih cepat daripada akhwat. Begitu pula yang terjadi saat itu. Kami cukup jauh tertinggal dari ikhwannya. Kalau mereka berjalan tanpa henti, lain halnya dengan kami. Kami sesekali berhenti untuk minum atau sekadar beristirahat.

Aku dan Munawirah berjalan di depan. Sedangkan Mia, Fitrah, dan Hafizah berada beberapa meter di belakang kami. Rasa lelah tentu saja menyerang kami. Namun, indahnya panorama di atas telah menawan hati kami, membuat kami tetap semangat berjalan.

Alhamdulillah, akhirnya setelah cukup lama berjalan kami sampai juga di Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu. Di sana kami menikmati keindahan ciptaan Allah SWT. Menikmati keindahan dan kesejukan panorama Bandung. Moment itu tak kami sia-siakan. Kami pun mengabadikannya. Sayang saat itu akhwat KAMMDA Bandung tidak ada yang ikut L, dikarenakan kendaraannya tidak muat. Hanya ikhwan-ikhwan KAMMDA Bandung saja yang ikut.

Sesampainya di atas, seorang ikhwan berpesan kepadaku, agar mengajak teman-teman akhwat untuk minum bandrek untuk menghangatkan badan. Hal itu langsung saya sampaikan kepada teman-teman. Namun, keindahan alam mengalahkan pamor minuman bandrek. Kami lebih memilih untuk meneruskan perjalanan dan sesekali berhenti untuk mengabadikan moment tersebut.

Kami berjalan melalui bebatuan atau karang sampai pada pusat Taman Wisata tersebut. Di sana kami melihat kuda, penjual cendera mata, penjual bakso, penjual siomay, dan tentu saja penjual bandrek. Salah seorang dari kami (saya lupa tepatnya siapa) sempat terpikir untuk naik kuda. Namun, hal itu tidak jadi dilaksanakan.

Kami terus berjalan sampai menaiki tangga. Sesampainya di tangga teratas, kami dapat semakin jelas melihat keindahan ciptaan sang Khalik. Lagi-lagi, kami mengabadikan moment itu.

Seperti yang saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, ada salah satu ahli (kader) GAMIS yang sangat menyukai anak kecil. Ya, dialah Munawirah. Sama halnya dengan tempat-tempat sebelumnya yang kami kunjungi, di sinipun Munawirah minta difoto bersama seorang anak laki-laki (kira-kira berusia 6 bulan).

Awalnya, orang tua si anak tidak mengizinkan. Mungkin takut anaknya kenapa-kenapa atau waspada terhadap orang asing. Namun, setelah kami bujuk akhirnya orang tuanya mengizinkan. Jadilah Munawirah aksi bersama si anak.

Cukup lama kami berada di atas. Ketika masuk waktu ashar, kami pun turun ke mushola yang menjadi fasilitas tempat rekreasi tersebut. Sebagian dari kami menunggu di lobi, sambil menikmati bakso, siomay, dan bandrek.

Kami merasa lebih bebas karena tidak ada ikhwan. Ya, memang sesampainya di pusat Taman Wisata, kami berpisah dengan ikhwannya. Menikmati pemandangan masing-masing.

Mentari hampir saja tenggelam, ketika Akh Yumroni mengingatkan kami untuk menyudahi keasikan yang kami rasakan. Benar saja, ketika menuju kendaraan, ternyata ikhwannya sudah berkumpul semua, tinggal menunggu kami.

Kami pun langsung bergegas naik. Dan kendaraan pun perlahan tapi pasti meninggalkan Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu. Meninggalkan kenangan yang terukir indah dalam hati. Selalu dalam ingatan.


Bogor, 17 Agustus 2008

Lanjut membaca “Tangkuban Parahu dalam Ingatan”  »»

Untukmu Saudaraku….

Sungguh…Dakwah ini bagai rerimbun pohon jati

Sedang kita adalah daun-daunnya
Andai…satu waktu ribuan daun luruh ke bumi
Niscaya rerimbun pohon jati akan tetap kokoh berdiri!!!
Inilah Kami….
Lahir dari segenggam impian
Demi terus berlangsungnya estafet dakwah kampus

Datang karena secercah harapan akan indahnya masa depan
Di bawah asuhan generasi ‘gemilang’
Muncul lewat sebongkah kekuatan Iman dan Ukhuwah
Untuk berjuang sebatas kemampuan di jalan Allah swt.

Hadir dari segelintir orang-orang biasa
Yang ingin memaknai hidup menjadi luar biasa

Dan keberadaan kami di sini, kami sadar….
Kami hanyalah kembang-kembang penghias pohon dakwah
Walaupun satu waktu kan layu….
Namun kokohnya pohon dakwah nan penuh berkah
Adalah sesuatu yang amat kami rindukan….

Lanjut membaca “Untukmu Saudaraku….”  »»

Kiat Memperkuat Daya Ingat

Bicara tentang daya ingat, tentu bukan ha lasing bagi kita. Boleh jadi, kita termasuk orang yang berdaya ingat lemah. Di bawah ini, saya akan menuliskan beberapa kiat untuk memperkuat daya ingat. Adapun kiat tersebut adalah:

1.Takwa kepada Allah SWT
Orang yang bertakwa, selalu mengingat Allah SWT. Sehingga ia selalu memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya.

2.Senantiasa ingat kepada Allah SWT
Upaya mengingat Allah SWT, salah satunya dengan cara membaca al-quran. Mumbuat pikiran dan hati menjadi tenang (Q.S. 2:152).

3.Meninggalkan maksiat
Imam Syafi’i berkata,“Aku mengadu pada guruku, tentang buruknya hafalanku. Meninggalkan maksiat adalah petunjuknya untukku. Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah SWT tidak akan bisa menerangi si pembuat dosa.”

4.Tidak berdusta
Ingat, semakin banyak kebohongan yang dibuat, semakin ranculah ingatan.
Q.S. 33: 70-71

5.Membiasakan melakukan kewajiban
Salah satu hikmah dari memelihara shalat adalah kuatnya daya ingat dan melatih kita untuk berkonsentrasi penuh.
Q.S. 23: 9-11


6.Memperhatikan makanan yang seimbang
Jika kita memperhatikan makanan yang seimbang (asupan gizi), niscaya tubuh kita akan sehat. Hal itu juga berpengaruh pada daya ingat kita.

7.Tidak terlalu kenyang
Rasa kenyang dapat menutup akal pikiran dan menurunkan daya kerja ingatan.
Luqman berwasiat kepada anaknya,“Hai anakku, ketahuilah jika perut diisi penuh, maka akan tidurlah akal pikiran, akan kelulah lidah, dan perkataan dari hikmah, serta akan malaslah anggota tubuh dari ibadah.“

8.Menjauhkan diri sari zat-zat yang memabukkan
Tentu kita sama-sama mengetahui, bahwa Allah SWT mengharamkan kita untuk meminum segala sesuatu ’yang memabukkan’.

9.Mengurangi pemakaian obat-obat kimia
Sakit, tentu bukan hal asing bagi kita. Biasanya untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, kita mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung zat kimia. Jika digunakan secara terus-menerus, hal ini akan berpengaruh juga pada daya ingat kita. Oleh karena itu, beralihlah ke obat-obatan herbal Islami.

10.Tidur dan bangun dengan segera
Doa Rasulullah (ketika sulit tidur) :
“Ya Allah SWt yang membenamkan bintang-bintang dan yang menidurkan mata, Engkaulah yang hidup kekal lagiterus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak pula tidur. Wahai yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, terangkanlah malam bagiku dan tidurkanlah mataku.” (HR. Ibnu Sini dan Thabrani)

11.Kebersihan dan wudhu
Berwudhu juga dapat memperkuat daya ingat, karena air akan melancarkan aliran darah ke otak. Sehingga oksigen yang sampai ke otak akan bertambah. Akibatnya fungsi otak juga meningkat.

12.Banyak minum madu
Selain bermanfaat bagi kesehatan, madu juga berkhasiat terhadap daya ingat kita.

13.Jintan hitam
Caranya: Campurkan langsung pada makanan atau diambil minyaknya untuk diminum. Gunakan secara teratur.


Bagaimana? Yuk, sama-sama kita coba kiat-kiat di atas.


Nb: Ditulis kembali dari Ummi No. 7/X Nov-Des, dengan pengubahan di beberapa bagian, tanpa mengubah esensinya.


Bogor, 18 Agustus 2008

Lanjut membaca “Kiat Memperkuat Daya Ingat”  »»

Ukhuwah

Kita sering mendengar kata atau istilah ukhuwah. Biasanya kata ukhuwah di padukan dengan kata Islam sehingga menjadi ukhuwah islamiyyah. Kata tersebut sering kita artikan dengan persaudaraan islam. Persaudaraan seperti apa sebenarnya yang terwujud dalam ukhuwah islamiyyah?

Makna Ukhuwah
Ukhuwah berasal dari kata kerja akha yang artinya menjadikan seseorang sebagai saudara. Dari kata akha, terbentuklah kata ukhuwah yang bermakna persaudaraan. Sedangkan ukhuwah islamiyah adalah persaudaraan sesama muslim yang dipengaruhi rasa cinta, kasih sayang, dan rasa saling menghormati yang dilandasi iman dan takwa kepada Allah swt. Ukhuwah ini bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syari’at Islam. Ukhuwah yang dilandasi oleh iman ini tidak membeda-bedakan keadaan orang yang akan dijadikan sahabat atau saudara. Jadi seseorang dianggap sebagai saudara bukan berdasarkan kekayaan, kecantikan, keturunan atau keluarganya semata. Persaudaraan juga tidak terjalin karena persamaan minat, aktivitas atau asal daerah. Namun rasa persaudaraan akan muncul dan tumbuh karena dorongan iman. Seorang muslim dari manapun asalnya, dianggap sebagai saudara karena sesungguhnya setiap muslim adalah bersaudara. Demikian pula persaudaraan tidak terbatas pada satu daerah atau negara saja. Persaudaraan terbentuk karena kesamaan iman islam. Perasaan persaudaraan ini akan melahirkan keikhlasan dan kasih sayang sehingga muncul sikap tolong menolong, pemaaf, pemurah, setia kawan, mengutamakan orang lain dan sikap mulia yang lainnya. Oleh sebab itu ukhuwah islamiyah adalah sifat yang menyatu dengan iman dan takwa. Tidak ada ukhuwah tanpa iman, dan tak ada iman tanpa ukhuwah. Begitu juga tak ada persahabatan tanpa takwa, dan tak ada takwa tanpa persahabatan.

Allah SWT. telah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Ayat ini menerangkan tentang hakikat ukhuwah, yaitu bahwa ukhuwah merupakan cermin kekuatan iman, yang bila terwujud akan mendatangkan rahmat Allah. Jika ukhuwah kosong dari iman, maka ikatannya hanya untuk meraih keuntungan duniawi semata, baik pribadi ataupun kelompoknya.
Ukhuwah juga merupakan nikmat Allah yang diberikan kepada hambaNya, sebagaimana firmanNya dalam Surat Ali Imran ayat 103 yang artinya
“Dan ingatlah nikmat Allah atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, lalu ia jinakkan antara hati-hati kamu, lantas dengan nikmat Allah kamu jadi bersaudara”
Rasulullah saw. bahkan menyatakan bahwa seseorang belum bisa dikatakan sebagai orang yang beriman, kecuali ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Dengan demikian jelaslah, ukhuwah muncul benar-benar dari dorongan iman dan sebagai perwujudan keimanan itu sendiri. Ukhuwah Islamiyyah bersifat abadi dan universal dan tidak bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat).

Keutamaan Ukhuwah
Ukhuwah Islamiyyah merupakan karunia ilahiyah. Maka Allah swt. memberikan kedudukan utama serta pahala yang besar. Semua itu mendorong umat Islam untuk saling mewujudkan ukhuwah diantara mereka. Ukhuwah islamiyah memiliki beberapa keutamaan, antara lain :
1. Merasakan lezatnya iman.
Sebagaimana bunyi sabda Rasulullah saw.:
“Tiga perkara yang barangsiapa terdapat padanya tiga perkara tersebut, maka ia akan merasakan lezatnya iman, yaitu : jika ia mencintai Allah dan rasul-Nya lebih dari mencintai yang lain, cinta kepada orang lain karena Allah, dan membenci kekafiran sebagaimana ia merasa benci dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Merasakan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi).
Ada 7 golongan yang mendapatkan perlindungan-Nya pada hari kiamat. Diantaranya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah. Keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.
3. Mendapatkan tempat khusus di surga.
“Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, yang di atasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian cahaya. Wajah mereka bercahaya dan mereka itu bukan nabi juga bukan syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada merasa iri kepada mereka sehingga berkata, ‘Hai Rasulullah, tolong beritahu siapa gerangan mereka itu?’ Beliau menjawab :’Mereka adalah orang yang menjalin cinta karena Allah dan saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata (HR. Nasa’i)

Langkah Mewujudkan Ukhuwah
Mengingat ukhuwah sangat penting dalam membangun kehidupan yang aman tentram, maka ukhuwah ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang dapat dilakukan agar ukhuwah hakiki terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari adalah :
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai.
Rasulullah terbiasa berkata : Uhibbuka fillah, Aku mencintaimu karena Allah. Insya allah, jika kata ini diucapkan pada sahabat kita, maka persahabatan akan semakin erat.
2. Memohon dido’akan bila berpisah.
“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata : ‘Dan bagimu juga seperti itu’.”(HR. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa.
Kita tidak diperbolehkan untuk meremehkan kebaikan apa saja yang datang dari saudara kita. Oleh karena itu, jika kita berjumpa dengan saudara kita kita diharuskan untuk memberikan senyuman. Ingat, senyuman adalah sedekah yang paling murah.
4. Berjabat tangan bila berjumpa.
“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah,” (HR. Abu Daud dari Barra’)
5. Sering bersilaturahmi.
Allah swt. telah berfirman : “Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, dimana keduanya saling berkunjung karena Aku dan saling memberi karena Aku.”
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.
Rasulullah bersabda : Tahaadu tahaabu. Saling memberi hadiahlah kamu maka kamu akan saling mencintai
7. Memerhatikan saudaranya dan membantu keperluannya.
Sebuah hadits mengatakan bahwa orang yang meringankan beban penderitaan seorang mukmin, akan Allah ringankan bebannya di akhirat. Orang yang memudahkan orang lain dalam keadaan susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Orang yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudara-Nya.
8. Memenuhi hak saudaranya
Hak seorang muslim terhadap saudaranya ada 6, sebagaimana terdapat dalam hadis riwayat Muslim dan Abu Hurairah, yaitu mengucapkan salam bila bertemu, memenuhi undangan, saling menasihati, mendo’akan ketika bersin, menjenguk jika sakit, dan mengantarkan jenazahnya ke kubur apabila meninggal.
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
Selain membuat sahabat bahagia, hal ini juga membuat kita termotivasi untuk berprestasi seperti sahabat kita.

Pengaruh Ukhuwah
Ukhuwah amat berpengaruh bagi kehidupan. Ketika sudah terbentuk ukhuwah dalam makna sesungguhnya seperti yang sudah diuraikan di atas, maka akan terbentuk suatu ikatan persaudaraan yang hakiki. Artinya, persaudaraan bukan hanya ucapan tapi telah terwujud secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pada diri setiap muslim yang berukhuwah akan tumbuh dan berkembang rasa kebersamaan, tolong menolong, saling meringankan, dan saling mendukung. Selain itu mereka akan merasa senasib sepenanggungan. Bila ada masalah mereka akan menyelesaikannya bersama-sama, seperti kata pepatah berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
Bila individu-individu muslim dapat mengamalkan makna hakiki dari ukhuwah dalam kehidupan, maka akan terbentuk suatu masyarakat yang memiliki kekuatan iman yang sangat kuat dan kepedulian yang sangat besar. Dari masyarakat yang seperti ini, akan tumbuh masyarakat yang kuat dan mandiri, masyarakat yang kokoh persatuannya karena dilandaskan kepada iman kepada Allah SWT. Masyarakat seperti ini akan menjadi harapan untuk membangun negara kuat dan mandiri yang berwibawa dimata dunia internasional.

Daftar Pustaka :
Nashih Ulwan, Abdullah, Dr. 1988. Persaudaraan Islam. Jakarta: Al-Ishlahy Press.
Muliana, Farid dan Tim ILNA YOSEN. 2004. Super Mentoring Junior. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Hardian, Novi dan Tim ILNA YOSEN. 2005. Super Mentoring Senior. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Jannah, Izzatul. 2003. Kado buat Sahabat. Solo: PT Era Adicitra Intermedia.

Lanjut membaca “Ukhuwah”  »»

Implementasi Prinsip Gerakan KAMMI dalam Sospol Indonesia via Kacamata Epistemologis

>> Monday, August 18, 2008

“Hai Orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah s.w.t. dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok.

Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr : 18)



Sebagaimana kita pahami bersama, kampus adalah wadah yang paling strategis bagi pencetak kader-kader pemuda harapan Islam dan Bangsa. Dalam Islam pemuda memiliki peran sebagai leader, agent of change, iron stock, dan masih banyak lagi peran pemuda yang lainnya. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) merupakan salah satu washilahnya. Kelahiran KAMMI merupakan bentuk realisasi dari perlawanan masjid kampus.

Di era laptop ini, tantangan yang menghadang KAMMI semakin besar.Seiring dengan perkembangan zaman. Karena pada hakikatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) senantiasa berbanding lurus dengan tantangan yang harus dihadapi. Tentu saja tantangannya semakin global dan kompleks. Hal ini juga menjadi warna baru bagi Indonesia. Mengingat statusnya sebagai negara berkembang, Indonesia harus bisa membuktikan identitas dan eksistensi dirinya. Tantangan yang harus dihadapi Indonesia terjadi di berbagai lini kehidupan. Di antaranya sebut saja kondisi sosial politik di Indonesia. Lantas apakah Prinsip-prinsip Gerakan KAMMI bisa diimplementasikan untuk mengubah kondisi sosial politik Indonesia?



KAMMI lahir pada 29 Maret 1998 di Universitas Muhammadiyah Malang sebagai organisasi kemasyarakatan kemahasiswaan ekstra parlementer, di tengah-tengah keterpurukan bangsa. Kelahiran KAMMI merupakan realisasi dari geliat perlawanan masjid kampus. KAMMI mengusung asas Islam sebagai ideologinya dan enam prinsip gerakan, yang secara epistemologis berasal dari pergerakan Ikhwanul Muslimin.

Bergerak bersama Ikhwanul Muslimim merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim zaman ini untuk menegakkan berbagai kewajiban, meskipun dia mempunyai aliran Islam sendiri. Karena untuk mewujudkan tujuan Islam diperlukan amal jama’i (kerja kolektif), termasuk KAMMI.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa KAMMI ‘berkiblat’ pada pergerakan Ikhwanul Muslimin (IM) yang juga menganut berasaskan Islam. Hal ini dideskripsikan oleh Hasan Al-Banna dalam bukunya yang berjudul ‘Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin’. Hasan Al-Banna mengatakan,

Dakwah kami adalah dakwah yang hanya dapat dilukiskan secara integral oleh kata ‘Islamiyah’. Kata (islamiyah) ini mempunyai makna yang sangat luas., tidak sebagaimana yang dipahami secara sempit oleh sebagian orang. Kami meyakini bahwa Islam adalah sebuah system nilai yang komprehensif, mencakup seluruh dimensi kehidupan. Dia memberi petunjuk bagi kehidupan manusia dalam semua aspeknya, dan menggariskan formulasi sistemik yang akurat tentang hal itu. Ia sanggup memberi solusi atas berbagai masalah vital dan kebutuhan akan berbagai tatanan untuk mengangkat harkat kehidupan manusia.



KAMMI berpegang teguh terhadap prinsip gerakan yang menjadi rambu-rambu perjalanannya. Hingga kini KAMMI tetap konsisten dengan ideologinya, yaitu Islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Ideologi ini termanifestasikan dalam performansi aktivis KAMMI secara personal maupun organisasi, dalam hal-hal yang bersifat teknis (lapangan), dan juga dalam prinsip gerakan KAMMI yang senantiasa dipegang teguh oleh para aktivisnya.

Adapun prinsip gerakan KAMMI adalah sebagai berikut:

1 Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI.

2. Kebatilan adalah Musuh abadi KAMMI.

3. Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI.

4. Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI.

5. Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI.

6. Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI.

Jika keenam prinsip gerakan KAMMI dikaitkan dengan kondisi sosial politik Indonesia, prinsip-prinsip tersebut masih sangat relevan. Adapun implementasinya adalah sebagai berikut:

1. Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI.

Prinsip ini dapat diimplementasikan guna mengubah kondisi Indonesia. Karena apabila kemenangan Islam (hakiki) sudah tercapai, maka keadilan dan kesejahteraan tentu tumbuh subur di Negara kita. Bukan sebaliknya, korupsi yang tumbuh subur dan terus dipupuk, bahkan dipelihara.

2. Kebatilan adalah Musuh abadi KAMMI.

Pada prinsip yang kesatu, KAMMI menjadikan kemenangan Islam sebagai jiwa perjuangan KAMMI. Oleh karena itu, menjadikan kebatilan sebagai musuh utama (abadi) adalah suatu keharusan. Karena selama kebatilan tetap bercokol di Indonesia, sudah tentu konsisi sosial politik yang didamba-dambakan tidak akan tercapai.

3. Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI.

Selain Islam dijadikan jiwa perjuangan, KAMMI juga menawarkan Islam sebagai solusi (Islam is Solution). Solusi Islam merupakan formula yang tepat untuk menciptakan kehidupan sosial politik yang lebih baik. Karena Islam senantiasa mengutamakan kemaslahatan umat.

4. Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI.

KAMMI juga menjadikan perbaikan (Ishlah) sebagai tradisi perbaikan. Dari pernyataan ini, tentu kita sudah bias menebak bahwa KAMMI selalu ingin dan ingin melakukan perbaikan. Jika hal ini diimplementasikan, sudah dapat dipastikan akan terjadi perbaikan masal di segala lini kehidupan, termasuk sosial politik.

5. Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI.

Dari era 1945 hingga kini, belum ada pemimpin yang benar-benar dapat mengayomi dan mensejahterakan penduduk Indonesia. Dari Soekarno yang memiliki retorika bagus sampai SBY yang menguasai berbagai bahasa (multi language), belum ada yang menjadi sosok pemimpin dambaan umat.

Berpegang pada Al-Quran (Universal) dan Sunnah, KAMMI memiliki rumusan khusus sebagai criteria pemimpin. Jika prinsip ini diterapkan, niscaya akan lahir seorang pemimpin harapan agama, bangsa, dan Negara.

6. Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI.

Membuat kotak-kotak dalam berinteraksi dan mendiskriminasikan sesama manusia, sudah mendarah daging dalam kehidupan sosial di Indonesia. Sebut saja interaksi si Kaya dan si Miskin, dibatasi oleh tembok pembatas yang sangat tebal dan tinggi (bahkan tembok China kalah saing). Walaupun tembok pembatas ini tidak dapat dilihat secara kasat mata.

Jika prinsip keenam (prinsip terakhir) KAMMI ini diimplementasikan tentu tidak ada lagi perbedaan-perbedaan seperti itu.



Selain memikirkan nasib Indonesia, KAMMI juga tidak melupakan hak para kadernya. Hal ini difasilitasi oleh Departemen Kaderisasi, yang membuat formula untuk para kadernya. Mereka diberikan suntikan ilmu pengetahuan dari berbagai bidang, termasuk tsaqofah Islamiyah. Mereka juga diberikan gizi dan suplemen ruhiyah, agar dapat menjalankan amanah dakwah dengan baik.

Terkait dengan peningkatan intelektualitas para kader, prinsip gerakan KAMMI juga mengambil peranan. Jika mereka mau mempelajari, menggali, dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, niscaya intelektualitas mereka akan meningkat. Wallahu’alam

Lanjut membaca “Implementasi Prinsip Gerakan KAMMI dalam Sospol Indonesia via Kacamata Epistemologis”  »»

Al-Qiyadah Wal Jundiyah (Sudahkah terealisasi dalam tubuh KAMMI???!!!)

Karakter Dakwah Islamiyah pada saat ini mewajibkan setiap Muslim untuk bergerak dan berusaha mewujudkan seluruh tuntutan Islam. Setiap Muslim wajib berusaha mewujudkan dan menegakkan kembali Daulah Islamiyah Alamiyah, suatu negara Islam yang bersifat internasional. Tujuan besar ini merupakan kewajiban setiap Muslim untuk mewujudkannya, dan tujuan ini hanya dapat dicapai dengan adanya jamaah dan harus melalui Amal Jama’i. Jika kita menatap kembali Sirah Rasulullah s.a.w. yang merupakan pengalaman praktis bagi seluruh Dakwah Islamiyah, niscaya kita tahu bagaimana Rasulullah memimpin kaum Muslimin dalam satu jamaah. Karena itu, Hasan Al-Banna mengawali langkahnya dengan mengikuti jalan Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya.



Setiap jamaah yang akan mencapai tujuannya harus memiliki manhaj yang jelas dan bergerak menurut manhaj tersebut. Jamaah harus mempunyai pimpinan.. Satu jamaah tidak mungkin dapat bergerak tanpa pimpinan yang mengatur seluruh gerakannya, menentukan tujuan dan sasaran serta sarana, mengawasi dan mengontrol pelaksanaaan programnya. Sedangkan dalam beberapa hal yang memerlukan penjelasan, jamaah dapat merujuk kepada pimpinan tersebut. Selain itu, pemimpin juga berfungsi menghapus perselisihann yang timbul.



Pimpinan dalam satu jamaah ibarat kepala bagi tubuh. Inilah yang menentukan tujuan dan di sini pula tempat berkumpulnya segala macam informasi. Pemimpin dalam satu jamaah, juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin shaff. Sedangkan persatuan adalah lambang kekuatan. Karena itu kedudukan pimpinan dalam satu jamaah amat penting dan utama. Pemimpin harus membawahi para anggotanya.



Pada dasarnya kaum Muslimin merupakan satu angkatan yang bergerak dan berjuang bersama untuk Islam. Karena itu setiap Pribadi Muslim menjadi anggota yang berguna dan aktivis yang berhasil guna dalam mewujudkan kesatuan umat dan menegakkan Daulah Islamiyah. Dalam Sirah Rasulullah s.a.w. tampak jelas bahwa beliau mendidik dan membentuk generasi Muslim pertama dengan ajaran Al-Qur’an di dalam madrasahnya. Mereka menjadi tiang dan fondasi kuat bagi tegaknya Daulah Islamiyah. Kemudian Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan ikatan aqidah.

Apapun kedudukan, jabatan dan peringkatnya, seorang pemimpin tetap dibebani amanah dan berbagai tanggung jawab. Beban ini bukan suatukemegahan dan kebanggaan. Sebab pemimpin di gelanggang amal islami mempunyai tanggung jawab yang lebih berat karena ia bergerak dalam gelanggang yang luas dan penting. Karena itu setiap anggota dn pimpinan jamaah harus menyadari betapa beratnya amanah dan beban tersebut.

Beban ini akan bertambah berat sejalan dengan berkembangnya gelanggang pergerakan dan bertambahnya cabang jamaah.



Adapun hal-hal yang membantu terlaksaanya tugas pimpinan adalah sebagai berikut:

1) Ikhlas karena Allah semata, 2) Peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah yang terus-menerus di setiap waktu, 3) Memohon pertolongan dan perlindungan Allah, 4) Pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar, 5) Pemimpin harus memberikan perhatian yang cukup kepada masalah tarbiyah, 6) Terjalinnya rasa kasih sayang dan ukhuwah yang tulus, 7) Pemimpin harus benar-benar merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan-persiapan sesuai kemampuan, 8) Pemimpin harus turut merasakan beratnya amanah dan beban yang dipikul oleh pimpinan pusat ( di atasnya), 9) Pemimpin harus bersungguh-sungguh menyalakan cita-cita, mengukuhkan tekad, dan membangkitkan harapan.



Selain hal-hal di atas, Pemimpin juga harus memiliki sifat dan akhlak yang baik. Di antaranya adalah:



1. Senantiasa mengharapkan akhirat denganikhlas karena Allah semata.

2. Berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpengalaman luas, berpandangan jauh dan tajam, berwawasan luas, dan mampu menganalisis masalah dengan baik.

3. Berperangai penyantun, kasih sayang, lemah lembut dan ramah.

4. Memiliki sifat bersahabat.

5. Berani dan sportif.

6. Shidiq, benar dalam berkata, sikap dan perbuatan.

7. Tawadhu’, merendahkan diri dan tidak membanggakan diri kepada manusia.

8. Memaafkan, menahan amarah, dan berlaku ihsan.

9. Menepati janji dan sumpah setia.

10. Sabar.

11. ‘Iffah dan kiram. Sifat ini melambangkan kesucian jiwa dan tidak mudah tunduk kepada hawa nafsu dan kecenderungan mengotori jiwa.

12. Wara’ dan zuhud. Dua sifat ini dapat menjauhkan seseoranmg dari hal-hal syubhat dan meninggalkan hal-hal yang mengandung dosa, karena takut terjebak.

13. Adil dan jujur, termasuk pada diri sendiri.

14. Tidak mengungkit-ungkit dan menyombongkan diri.

15. Memelihara hal-hal yang dimuliakan Allah.

16. Berlapang dada dan tidak melayani pengumpat dan pengadu domba.

17. Tekad bulat, tawakal dan yakin.

18. Sederhana dalam segala hal.

19. Bertahan dalam kebenaran dengan teguh dan pantang mundur.

20. Menjauhi sikap pesimistis dan over estimasi.



Dalam melaksanakan kewajibannya, pemimpin tidak dapat berjalan sendiri. Seorang pemimpin harus didampingi oleh patnernya, dalam hal ini adalah anggota. Maka sudah sewajarnya apabila pemimpin dan anggota ibarat sebuah keluarga. Dalam pergaulannya sehari-hari, ada beberapa petunjuk yng harus diperhatikan oleh pemimpin. Di antaranya adalah pemimpin harus pandai memilih orang yang layak, pemimpin tidak boleh berburuk sangka dan pesimis, akrab dengan anggotanya, adil dalam pembagian tugas, membuat dan memudahkan jarkom, harus bersungguh-sungguh meningkatkan posisi kepemimpinannya dan melatih anggotanya, harus membangkitkan semangat, membiasakan musyawarah dalam mengambil keputusan, melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, dsb.

Seperti Guru dengan murid harus ada timbal baliknya (take and give), begitu pula dengan pemimpin dan anggota harus ada kontribusinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan anggota dalam membina hubungan dengan pemimpinnya adalah berusaha menjadi mukmin yang teguh dan yakin terhadap amal jama’I, mengetahui ketemtuan jamaah, melengkapi diri dengan berbagia kemampuan, menyerahkan hidupnya untuk berjuang di jalan Allah, Setia terhadap jamaah, Harus beriltizam dengan cara gerakan dan langkahnya sebagaimana telah ditentukan jamaah, menjadi pelindung terpercaya terhadap tujuan jamaah, dsb.



Apabila hal-hal di atas telah dipenuhi, niscaya akan terjalin hubungan yang harmonis di antara pemimpin dan anggotanya. Sehingga tujuan jamaah akan tercapai.



Saudaraku, apakah dalam tubuh KAMMI Al-Qiyadah Wal-Jundiyah benar-benar sudah terealisasikan dengan baik???!



Now, mari kita bercermin apakah organisasi KAMMI yang selama ini menjadi salah satu wadah perjuangan kita sudah membangun rumah itu? Rumah yang dikenal dengan Al- Qiyadah Wal-Jundiyah. Walaupun baru fondasinya saja.



Ikhwah fillah, disadari atau tidak. Suka atau tidak. Dipungkiri atau tidak KAMMI belum sepenuhnya membangun rumah itu. Mungkin fondasinya sudah, tapi belum menjadi rumah yang sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak berjalannya atau kurang suksesnya kegiatan KAMMI. Memang, mungkin kita bisa mengatakan: ‘Tapi kan banyak faktor yang menjadi kendala. Banyak faktor yang menyebabkan kegiatan KAMMI tidak sukses.’ (semoga bukan dalam rangka mencari kambing hitam). Mungkin memang benar banyak faktor, bahkan amat sangat banyak. Dan salah satunyanya adalah Al-Qiyadah Wal- Jundiyah yang belum diaplikasikan secara total. Sepakat???



Dalam tubuh KAMMI, Al-Qiyadah Wal Jundiyah dibagi secara srutkural, yaitu:

1. Kader thd jama’ah (KAMMI)
2. Staf thd Kepala/Ketua Departemen
3. Kepala/Ketua Departemen dan Biro thd Ketua Komsat/Daerah/Pusat
4. Komsat thd KAMMI Daerah
5. KAMMI Daerah thd Pusat

Begitu pula dalam kepanitiaan.



Jika hal di atas sudah direalisasikan, tentu akan terjalin alur komunikasi dan koordinasi yang baik. Tidak ada lagi hal-hal /statement yang menjatuhkan satu sama lain. Yang ada hanyalah saling memotivasi, saran, dan kritik yang membangun (kritik positif).



KAMMI masih belajar dan akan terus belajar untuk merealisasikan hal itu, agar KAMMI menjadi lebih baik lagi. Mungkin jika KAMMI diberikan kesempatan untuk berbicara, ia akan berkata: ‘Jangan jadikan Aku katak dalam tempurung. Biarkan Aku dengan bebas mempelajari apa yang ada di dunia ini. Apa pun itu. Dan sudah jelas tertera dalam Al-Quran. Biarkan Aku seperti burung, bebas terbang di angkasa luas.’

Ikhwah fillah, apakah kita akan membiarkan KAMMI menjadi seperti katak?? Atau Burung?? Hanya kita yang dapat menjawabnya dengan Komitmen dan Kontribusi Konkret kita untuk KAMMI!!!





Ada Jundullah yang mengatakan:



“Aktivis yg bukan Dai tak peka dng masalah umat sekitarnya, maka kerjanya tak efektif.

Jadwal rapatnya padat membuat ia tidak menapak bumi. Ia hanya berpikir Proker dan Tugas pada jabatannya. Dimanakah Dai yang Aktivis?”





Disarikan dari buku ‘Al-Qiyadah Wal-Jundiyah: Musthafha Yusuf Mansyur’

Lanjut membaca “Al-Qiyadah Wal Jundiyah (Sudahkah terealisasi dalam tubuh KAMMI???!!!)”  »»

Bangkitlah Negeriku, Harapan Itu Masih Ada

Munsyid : Shoutul Harokah

Tatap tegaklah masa depan
Tersenyum lagu kehidupan
Dengan cita dan satu asa
Bersama membangun Indonesia

Pegang teguhlah kebenaran
Buang jauh nafsu angkara
Berkorban dengan jiwa dan raga
untuk tegaknya keadilan

Bangkitlah negeriku
Harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku
Jalan itu masih terbentang

S'lama matahari bersinar
S'lama kita terus berjuang
S'lama kita satu berpadu
Jayalah negeriku jayalah ...

Lanjut membaca “Bangkitlah Negeriku, Harapan Itu Masih Ada”  »»

Cermin Tak Pernah Berdusta

Cermin yang biasa kupandangi di setiap hari

Sekali lagi membiaskan bayangan diri

Wajah ini, mata ini tempat segala rasa bermula

Dan tindakan akhir segala cita



Apakah diriku ini yang bercahaya bersinar di surga-Mu

Menatap penuh rindu

Ataukah diriku ini yang hangus legam terbakar dalam nyala

Di neraka membara…



Sungguh berbeda yang nampak dan yang tersembunyi

Hanya kepalsuan menipu topeng belaka

Tubuh ini hati yang merajai diri

Telah bersalah ku mau melangkah



Cermin tak pernah berdusta

Yang indah topeng semata

Ya Allah aku malu tlah tertipu

Ampuni hamba sebelum akhir waktu

Kemanakah diriku ini berakhir di surga atau di neraka-Mu

Aku tak kan mampu



Apakah diriku ini kan bercahaya bersinar di surga-Mu

Menatap penuh rindu

Ataukah diriku ini yang hangus legam terbakar dalam nyala

Di neraka membara



Selamatkan aku… Aamiin ya Rabbal Alaamiin



‘Dikutip dari Tim Nasyid Star 5’

Lanjut membaca “Cermin Tak Pernah Berdusta”  »»

Indonesia : Semusim bersama , seabad terasa

(Bingkisan dari Malaysia)



10 hari percutian di Indonesia memberi saya pelbagai pengajaran dan pengalaman.Pelbagai kenangan yang saya kutip di sana.Perkara yang paling tidak akan saya lupakan ialah bagaimana pertemuan yang sebegini singkat berjaya menitipkan ukhuwwah yang amat mendalam antara saya dan sahabat-sahabat di Indonesia.

Alfi dan Mia adalah 2 orang sahabat dari Jakarta yang tidak jemu-jemu mengiringi kami. Persahabatan saya dan Alfi bermula sewaktu saya dan sahabat-sahabat bermalam di rumah mereka. Mungkin inilah dikatakan manisnya ukhuwwah kerana Allah. Perasaan kasih mudah sahaja tertumpah seandainya kita benar-benar ikhlas inigin bersahabat kerana Allah. Sebagai kenangan, banyak lagu-lagu semangat dari Indonesia Alfi titipkan ke handphone saya . Lagu yang paling saya takkan lupa ialah lagu Indonesia memanggil yang menjadi ringtone handphone Alfi. Selang beberapa hari kemudian, saya diperkenalkan pula dengan Mia. Oleh kerana bilangan sahabat-sahabat dari Malaysia tidak mencukupi untuk menaiki bajai (sejenis kenderaan motor bertayar tiga),saya sukarela menawarkan diri menunggang motor bersama Mia ke tempat lawatan.

Jakarta agak berbeza dari Kuala Lumpur. Para penunggang motosikal dan pemandu kereta boleh dikatakan semuanya jenis berani mati.Suka hati sahaja membawa kereta. Saya asyik pejam mata sahaja sewaktu kenderaan-kenderaan ini berlumba-lumba memintas. Uih, seram. Sewaktu melintas jalan juga begitu. Memang saya tidak berani melintas tanpa pegang tangan mia atau Alfi. Mereka ketawa melihat telatah saya. Memang bahaya cara mereka melintas. Bukan sengaja membahayakan diri, tapi terpaksa kerana pemilik kenderaan pun tidak memberi peluang.

Satu peristiwa yang tidak dapat saya lupakan ialah sewaktu saya membuat penawaran harga di sebuah kedai buku. Sesudah saya berjaya memiliki buku trsebut, Alfi berkata perlahan pada saya. “ Alfi tidak pernah menawar harga , munawirah. Alfi takut teraniaya peniaga tanpa sedar..” Saya terkedu. Ya, kehidupan di sini jauh lebih malang dari tanahair sendiri. Walaubagaimanapun, saya begitu tabik kepada rakyat Indonesia. Kesusahan dan kepahitan mengajar mereka erti dayajuang hidup yang tinggi. Saya kira, bilangan pengemis lebih ramai di Kuala Lumpur berbanding di Indonesia.

Saya cukup terharu melihat, mereka berhempas pulas menggunakan segala kebolehan yang ada untuk mencari sesuap rezeki. Saya amat kagum dengan penyanyi jalanan yang sanggup naik turun bas menghiburkan penumpang bas dan kenderaan lain, demi mencari perbelanjaan hidup. Sangat kreatif saya kira. Kita tidak akan sampai hati untuk tidak menderma apabila kita mengetahui bahawa itulah satu-satunya punca rezeki mereka. Sunnguh peluang pekerjaan tidak dapat menampung bilangan penduduk Indonesia yang sangat ramai. Saya berangan, alangkah bagusnya kalau ada juga pendakwah yang boleh mengalunkan lagu-lagu nasyid dengan naik turun bas ini..mesti lagi “touching”

Takdir Allah, kebanyakkan sahabat yang saya jumpa, mereka merupakan aktivis persatuan Islam. Banyak pandangan yang kami kongsi bersama. Saya cukup tertarik dengan didikan tarbiyyah mereka. Sistem tarbiyyah mereka bukan sahaja berjaya mendidik ahli menjadi seorang berakhlak baik malah juga faqih siasah apatah lagi agama.Mungkin kerana factor inilah, berjaya membentuk kefahaman yang akhirnya menatijahkan peribadi mereka yang sememangnya benar-benar berani mati untuk Islam.

Saya tidak akan lupa, kisah Sunarti, salah seorang tokoh pejuangan gerakan mahasiswi Islam yang mati dicekik musuh sewaktu beliau pulang dari Kuliah Subuh di surau dek kerana beliau amat ditakuti dengan kelantangan beliau dalam gerakan. Umur beliau tika itu sangat muda.., sebaya saya sewaktu beliau meninggal…Untungnya mati dalam perjuangan.

Sahabat-sahabat di sana amat meraikan tetamu. Setiap kali sarapan pagi, meraka akan menjamu kami dengan pelbagai makanan yang berat-berat. Saya rasa saya makan paling banyak di sana. Hairan, tidak gemuk-gemuk juga..

Bakso paling saya gemari di samping bubur nasi ayam. Memang berlainan sedikit daripada Malaysia. Keasliannya sangat enak.Apatah lagi, saya memang kaki makan.Jalan-jalan cari makanlah.Tapi, dalam banyak-banyak jenis makanan, saya takkan lupa hidangan keropok yang saya jamah sewaktu pertemuan dengan sahabat-sahabat di Bandung. Kalaulah Fitrah, Ros dan Hafizah terbaca blog ini, pasti mereka akan tersenyum mengingati peristiwa ini kembali. Saya agak lambat menjamah hidangan yang terhidang pada hari itu. Menjadi kebiasaan, apabila berdiskusi, saya cukup pantang focus saya terganggu. Jadi, setelah saya sudah benar-benar hadam makluamt yang penting, barulah saya mengubah pandangan saya kepada perkara lain. Tanpa membuang masa, saya terus mematahkan sedikit keropok di hadapan saya dan memasukkan sedikit ke mulut saya..,dan….

“ Eh, sedaplah keropok ini. Ikan jenis apa ya”

termangu-mangu sahabat saya dari Indonesia

“Ya, keropok ini, ini keropok ikan kan??”

Saya mula tak sedap hati

“oh,itu keropok. Ngakk, keropok itu bukan ikan mbak.itu dari muncung lembu..”

“erk..muncung lembu yang kat hidung tu ke…?”

“Iya”

Serta merta airmuka saya berubah dan mereka mentertawakan saya.

“Lain kali akak jangan Tanya dari apa makanan ni..” Ros berbisik perlahan.

Masa yang berlalu juga amat perlahan saya kira semasa berada di Indonesia. Memang Indonesia awal sejam dari Malaysia, tapi sungguh masa amat perlahan berlalu. Kata hafizah, ini mungkin kerana keberkatan masa kerana masih ramai ulama asli di sini. Di amati semula kata-katanya, ada benarnya. Ya, jika lihat semula gerakan tarbiyyah di sini, ahli-ahli mereka amat dititikberatkan dengan tilawah Al-Quran dan qiayamullail.Kalau tak, jangan haraplah nak bergelar ahli gerakan.

Kami juga berkesempatan melawat rumah AA Gym, pendakwah Indonesia yang terkenal berjiwa tasawwuf dan tema 5S. Lupakan kisahnya yang terkenal dengan kontroversi poligami. Satu perkara yang amat saya kagum tentang beliau, walaupun berjaya membuka pusat pengajian ala-ala pengisian pengajian pondok di Malaysia, namun, bangunan temapat pengajian tersebut tidaklah sedhaif di sini. Dia benar-benar mengambil dunia sebagai temapt bercucuk tanam. Untuk menampung kos pusat pengajian tersebut yang semakin berkembang, bertambah ahli dan besar, beliau juga membuka perniagaan keluarga. Boleh dikatakan satu lorong jalan tersebut berjaya dimiliki beliau. Subhanallah, jika lihat perniagaannya, kita tidak akan terfikir bahawa ia dimiliki oleh ulama tasawwuf. Saya berkesempatan mengihya’kan 1/3 malam saya di masjid daurat tauhid, kepunyaan beliau. MasyaAllah, memang ramai. Baik yang makcik-makcik mahupun yang tua. Satu lagi peristiwa yang terkesan di hati saya ialah sewaktu kuliah Isya’ di masjid tersebut, Ustaz yang memberi pengisian berjaya mengislamkan seorang warga asing wanita. Keadaan menjadi begitu sayu apabila kita sama-sama bermuhasabah mengenai keIslaman masing-masing dan saling mendoakan kesejahteraan Islam sesame sendiri..

Apapun, segala mutiara berharga yang berjaya saya perolehi tidak kan saya lupakan sehingga bila-bila.

Indonesia., aku akan merinduimu..

Dedikasi khas buat alfi, mia dan shbt2 kammja, kammda..dan adik2 shbt m’sia yang bersama-sama..

Lanjut membaca “Indonesia : Semusim bersama , seabad terasa”  »»

Potret dari Surabaya

>> Friday, August 15, 2008

05 Agustus— Dia bernama Nurlailis Handayani, lebih akrab disapa Lailis. Dia adalah utusan dari KAMMDA Surabaya. Seorang diri dia berangkat dari KAMMDA Surabaya. Berbekal semangat dan tekad untuk mengikuti Sarasehan.
Secara face to face, saya memang baru mengenalnya di kegiatan Sarasehan. Namun, beberapa hari sebelum itu, saya sudah melakukan kontak via sms dengannya. Dari sms-nya saya yakin bahwa Lailis adalah sosok yang baik, supel, dan pandai. Sesuai dugaan saya, memang begitulah dia.
Saya melakukan kontak, karena dia berasal dari KAMMDA Surabaya. Kota yang tak jauh dari tempat kelahiran saya. Entah kenapa, setiap bertemu dengan orang Surabaya, Lamongan, Mojokerto, Malang, Tulung Agung, saya merasa sudah mengenal mereka. Mungkin karena mereka berdekatan dengan kota kelahiran saya.
Hal yang sama pun saya rasakan terhadap Lailis. Memang pada saat kegiatan berlangsung, kami tidak banyak bicara. Karena kami memiliki kesibukan masing-masing. Saya dengan amanah sebagai panitia. Sedangkan dia dengan amanahnya sebagai peserta.
Tiga hari kami berada di tempat yang sama. Tak jarang kami berpapasan, saling melemparkan senyum atau berbicara sejenak.
Akhirnya kegiatan usai, Ahad pagi kami pun bersiap-siap untuk check out. Namun, saya tidak sempat berpamitan dengannya saat itu, karena saya harus naik mobil pengurus KAMMJA untuk menyimpan semua barang-barang di KAMMJA. Karena terburu-buru, banyak yang tertinggal. Bahkan esia saya pun ikut tertinggal.
Perasaan sedih ketika itu menyelimuti saya. Sedih karena tak bisa pamit dengan Lailis, akhwat tangguh are Suroboyo. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Karena saya dan Lila, teman saya, harus bersiap-siap untuk menghadiri undangan walimah salah seorang pengurus Komsat.
Sepulangnya dari walimatul ‘Ursy, betapa senangnya saya. Karena Lailis belum pulang. Dia masih berada di Tangerang, di rumah kakaknya. Harapan untuk bertemu pun hadir kembali.
Alhamdulillah, saya bisa bertemu lagi dengannya. Bisa mengabadikan moment itu. Ketika menemaninya di Stasiun Gambir, menunggu kereta bisnis Gumarang. Awalnya, saya berpikir dia ditemani kakaknya. Namun, ternyata dugaan saya salah. Lailis mengantri seorang diri di depan loket. Saya menuju Gambir dengan menggunakan motor, dibonceng oleh Nita (akhwat Bengkulu yang belum pulang).
Lailis mengantri tiket kereta dari jam 15:00. Dan harus menunggu kedatangan kereta pukul 1800. Saya dan Nita memutuskan untuk menemaninya sampai kereta datang. Pada saat menunggu, banyak hal yang kami obrolkan. Semua seputar KAMMI Surabaya atau Gresik.
Saya senang sekali karena berkesempatan mengenal Lailis. Seorang akhwat dengan pribadi yang menyenangkan. Semoga ini bukan pertemuan terakhir. Saya berharap ketika pulang ke Gresik, dapat menemuinya lagi.

***
Bogor, 09 Agustus 2008

Nb: Untuk Lailis, jangan lupakan Afi ya :)

Lanjut membaca “Potret dari Surabaya”  »»

Semusim Bersama, Seabad Terasa (Bingkisan dari Indonesia)



(Tulisan ini dibuat sebagai respon atas tulisan Munawirah-GAMIS)


Bulan Juli lalu, tepatnya tanggal 5-13 Juli, KAMMI Pusat kedatangan tamu dari negeri Jiran. Mereka adalah para aktivis mahasiswa, yang tergabung dalam GAMIS (Gabungan anak Muda Islam Se-Malaysia). Mereka terdiri dari lima orang muslimin dan empat orang muslimah (Begitu sebutan mereka untuk ikhwan dan akhwat). Selama di Jakarta, muslimin GAMIS tinggal di sekretariat KAMMI Pusat (KAMMPUS). Sedangkan muslimahnya tinggal di sekretariat KAMMJA.
Teman-teman KAMMPUS dan seorang ikhwan FSLDK sudah meng-created jadwal aktivis GAMIS selama berada di Indonesia. Jadwal mereka cukup padat. Setiap harinya, mereka selalu mengunjungi tempat yang berbeda untuk studi banding. Hal itu berlangsung sampai kurang lebih pukul 21:00, setiap harinya, selama di Jakarta. Mungkin hanya rutinitas pagi hari yang sama. Khususnya untuk muslimahnya, karena setiap pagi mereka harus datang ke KAMMI Pusat untuk sarapan pagi. Dengan menggunakan bajaj, saya atau teman-teman dari KAMMJA mengantarkan mereka ke KAMMPUS, setiap harinya.
Teman-teman GAMIS terlihat bersemangat sekali dalam mengikuti agenda yang sudah dijadwalkan. Wajar saja, karena selama studi banding, pengetahuan dan pengalaman mereka tentu bertambah.
Saya sendiri baru mengenal mereka pada hari Senin, karena pada saat mereka datang, saya tidak menginap di KAMMJA. Dan baru datang lagi Senin. Sebelum dengan saya, akhwat KAMMJA lainnya yang mendampingi mereka.
Perkenalan itu terjadi pada saat malam hari, ketika saya menginap di KAMMJA. Saat itu, saya pun mengetahui nama mereka. Siti Nurul Manawirah, Roshaidah, Fitrah, dan Hafizah, itulah nama mereka. Latar belakang pendidikan mereka pun berbeda-beda, dari arsitektur, mikrobiologi, dan dua dari kedokteran.
Awalnya, saya tidak bisa langsung beradaptasi dengan mereka. Terutama dari segi bahasa. Ada beberapa yang asing bagi saya atau maknanya bertolak belakang (berbeda). Misalnya: pusing-pusing—saya pikir salah satu dari mereka ada yang sakit kepala, tapi ternyata artinya keliling-keliling. Selain itu ada kata-kata lain, seperti: Comel, ganteng, seronok, dll.
Saya jadi teringat, ketika pertama kali bertemu dengan mereka. Tiba-tiba Munawirah berkata (sambil memegang gamis yang saya kenakan), “Comel... Cun-Cun.“ Saat itu saya bingung. Saya berpikir dalam hati, kok dibilang comel, wong saya belum bicara apa-apa. Setelah saya tanya, ternyata artinya bagus, menarik, cantik, atau sejenisnya lah.
Hal yang sama juga terjadi, ketika salah seorang dari mereka mengeluarkan kata ‘seronok’. Tentu saja mendengar hal itu, kami yang ada di KAMMJA kaget. Lha wong tertutup dari atas sampai bawah kok dibilang seronok. Akhirnya, teman saya yang mengerti maksudnya menjelaskan kepada kami.
Aktivitas mereka tidak hanya di Jakarta. Mereka juga diagendakan studi banding ke Bandung, selama tiga hari. Saya dan temana saya (Mia) ditugaskan untuk mendampingi mereka. Kami berangkat dari Jakarta kira-kira ba’da ashar. Kami menunggu bus di Cawang-UKI.
Bus memang sudah ada. Bahkan banyak. Namun, kami tidak bisa langsung naik. Karena harus menunggu ikhwannya yang berada di belakang, dengan taksi berbeda pula. Setelah hampir satu jam menunggu, ikhwannya pun tiba. Kami langsung naik bus eksekutif-Primajasa. Karena lelah, sepanjang perjalanan kami gunakan untuk beristirahat.
Kami tiba di Bandung kira-kira pukul 19:30-an. Di Terminal Leuwipanjang, kami menunggu jemputan. Di sela-sela waktu menunggu jemputan, kami manfaatkan untuk menonton siaran Debat di TV-One. Saat itu memang sedang berlangsung debat tentang Aksi Anarkis Tolak Kenaikan BBM, antara Fitra Arsil dengan aktivis dari Forkot.
Cukup lama juga kami menunggu. Akhirnya jemputan pun tiba. Kami singgah terlebih dahulu di rumah salah seorang pengurus KAMMPUS, untuk menikmati makan malam. Setelah itu, kami diantar ke tempat istirahat. Ikhwannya beristirahat di Sekretariat KAMMDA Bandung. Sedangkan akhwatnya di kost-kostan tak jauh dari sana.
Selama di Bandung, kami secara bergantian dengan akhwat KAMMDA Bandung, untuk mendampingi mereka. Aktivis GAMIS mengunjungi berbagai tempat di Bandung, seperti: KAMMDA Bandung, GAMAIS-ITB, DT, dll. Selain itu juga mengadakan sharing dengan Akh Akbar.
Di antara mereka, ada yang sangat antusias bila bertemu dengan anak kecil. Dia adalah Munawirah. Ya, selama mendampingi mereka, Munawirah-lah yang selalu antusias melihat anak kecil. Seketika itu juga, dia pasti ingin menggendong dan berfoto dengannya. Bahkan tidak mengenal tempat. Ya di masjid, di jalan, di angkot, dan di tempat rekreasi.
Kata-kata comel/seronok selalu meluncur dari bibirnya, jika melihat anak kecil yang menarik perhatiannya. Tentu saja tugas kami adalah memberi penjelasan kepada si ibu, apa maksudnya. Wah... wah... kalau tidak begitu, bisa-bisa ibunya marah.
Hari terakhir di Bandung, tepatnya sebelum kembali ke jakarta. Kami berekreasi ke Taman Wisata Alam, Gunung Tangkuban Parahu. Kami berjalan kaki untuk menuju puncak/kawahnya. Diiringi dengan senda gurau, kami menapaki jalan yang cukup panjang. Sesekali kami duduk sejenak untuk melepas lelah atau sekadar meneguk air minum.
Akhirnya, setelah cukup lama berjalan kami sampai juga di Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu. Di sana kami menikmati keindahan ciptaan Allah SWT. Menikmati keindahan dan kesejukan panorama Bandung. Moment itu tak kami sia-siakan. Kami pun mengabadikannya. Sayang, saat itu akhwat KAMMDA Bandung tidak ada yang ikut L. Hanya ikhwan-ikhwan KAMMDA Bandung saja yang ikut.
Beberapa jam kami menikmati panorama Tangkuban Parahu. Selepas ashar menjelang maghrib, kami memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Jarak antara Tangkuban Parahu dengan Terminal Leuwipanjang, bukanlah jarak yang dekat. Butuh beberapa jam untuk menempuhnya.
Malam telah memayungi kota Bandung, sesampainya kami di Terminal. Karena ikhwannya lapar, kami singgah terlebih dahulu ke sebuah rumah makan, di dalam terminal. Kira-kira ba’da Isya, kami baru menaiki bus menuju Jakarta. Lelah membingkai wajah kami. Oleh karena itu, selama di perjalanan kami terlelap dengan mimpi masing-masing.
Sesampainya di Jakarta, jam hampir menunjukkan pukul 24:00. Tentu bukanlah kondisi yang aman berada di kota Jakarta, pada waktu-waktu seperti itu. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, salah seorang ikhwan KAMMPUS menemani kami di dalam taksi. Dia baru turun di putaran Tebet.
Alhamdulillah kami sampai dengan selamat dan langsung melanjutkan beristirahat. Namun, tidak demikian dengan Munawirah. Dia masih menyempatkan untuk mencuci pakaian. Memang selama di Jakarta, Munawirah selalu mencuci di malam hari.
Keesokan harinya (Ahad), kami bersiap-siap untuk studi banding ke SALAM-UI. Kami tiba di UI menjelang dzuhur. Selama studi banding, teman-teman GAMIS antusias. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Ba’da dzuhur, kami makan siang dengan hidangan yang sudah disiapkan oleh pihak SALAM.
Acara studi banding ini, kira-kira berakhir pukul 15:00. Untuk kali ini, kami pisah dengan ikhwannya. Karena kami akan shoping di Raihan dan Itishom terlebih dahulu, sebelum kembali ke KAMMJA.
Ba’da maghrib, kami baru kembali ke KAMMJA dan langsung beristirahat. Sebelumnya mereka packing barang-barang terlebih dahulu, karena esoknya (Senin malam) mereka sudah harus kembali ke Malaysia.
Kini, mereka memang telah kembali ke negeri Jiran. Namun, kenangan mereka tak akan lekang oleh waktu. Tak akan usang dimakan jarak. Sepuluh hari bersama, setahun terasa. Semusim bersama, seabad terasa.

Bogor, 18 Juli 2008

Nb: Untuk aktivis GAMIS Tetap semangat ya!

Lanjut membaca “Semusim Bersama, Seabad Terasa (Bingkisan dari Indonesia)”  »»

Seragam Kuning Pelabuhan Priuk


05 Agustus — Jika anda terbiasa naik kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priuk, tentu anda tidak asing dengan orang-orang berseragam kuning, yang siap membantu kita. Sudah pasti dengan pamrih. Namanya saja menyewakan jasa.
Ya, mereka adalah para kuli panggul Pelabuhan Tanjung Priuk. Mereka siap melayani kita, membawakan barang-barang kita sampai ke kapal. Sekali lagi tentu saja dengan pamrih. Karena mereka menyewakan jasa.
Saya mengenal sosok mereka, ketika mengantarkan teman-teman dari Sulbar dan Sultra, yang akan pulang menggunakan transportasi kapal laut. Sejauh mata memandang, di Pelabuhan Priuk, seragam kuning cukup mendominasi.
“Insya Allah mereka profesional kok, Mbak.” Begitu kata Isal, teman saya yang ikut mendampingi dan membantu kami. Akhirnya teman-teman saya menyewa jasa salah seorang kuli panggul berseragam kuning itu.
Keraguan awalnya menghinggapi saya. Namun, setelah melihat sendiri cara kerjanya, kini saya mnegacungkan jempol untuk mereka. Terlebih ketika saya menyadari bahwa pekerjaan mereka, bukanlah pekerjaan mudah dan ringan. Dibutuhkan keberanian, kecekatan, kegesitan, dan tentu saja kesabaran.
Lelaki berseragam itu langsung membawa lima koper teman-teman saya. Sudah dapat dipastikan, berat sekali, karena isinya mayoritas buku-buku. Lelaki paruh baya itu, menyelesaikannya dengan sekali angkut. Isal, teman saya juga turut membantu.
Saat itu juga, lelaki itu bersiap-siap menerobos kerumunan massa, untuk menaiki satu per satu anka tangga kapal. Jujur, saya tidak tega melihatnya. Namun, saya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya dapat memandangnya dari jauh. Menyaksikan perjuangannya untuk sampai ke tangga teratas.
60.000 rupiah kami membayar jasanya. Sungguh angka yang tidak bisa dikatakan sebanding dengan risiko yang dihadapinya.
Pemandangan seperti ini mungkin baru bagi saya. Namun, tidak bagi lelaki berseragam kuning itu. Hal ini sudah menjadi rutinitasnya. Menjadi mata pencahariannya yuntuk menghidupi keluarganya.
Saya berpikir, kok bisa ya mereka mengangkut tas-tas atau koper-koper itu sekaligus. Apalagi secara fisik, tidak terlalu besar. Akhirnya, saya pun mendapatkan jawabannya. Allah SWT-lah yang memberikan mereka kekuatan. Karena jika Allah SWT berkehendak, maka segalanya bisa terjadi.
***
Bogor, 09 Agustus 2008

Lanjut membaca “Seragam Kuning Pelabuhan Priuk”  »»

Si Comel dari Sulbar (Mamuju)

30 Juli— Dia bernama Marwayanti, lebih akrab disapa Marwa. Dia adalah utusan dari KAMMDA Sulbar, tepatnya dari Komsat Mamuju. Marwa dan Hidayani, temannya berangkat bersama ke jakarta, untuk mengikuti Sarasehan.
Pertemuan itu terjadi ketika saya datang ke KAMMJA. Kedatangan saya memang untuk mendampingi akhwat daerah yang transit di KAMMJA, sehari sebelumnya. Pertama bertemu Marwa, saya berpikir dia orang yang jutek dan sombong. Namun, semua itu hilang ketika saya mendengarnya bicara. Dengan suaranya yang keras dan frekuensinya yang tak berhenti-berhenti, Marwa mampu menyedot perhatian semua yang ada di KAMMJA.
Seketika itu juga saya merasa akrab dengannya. Marwa dengan segudang ceritanya, seakan tak mau berhenti berbicara. Meskipun demikian, kami merasa senang mendengarnya. Aksennya terdengar khas dan lucu.
Ternyata hal itu bukan saya saja yang merasakan, forum Sarasehan pun merasakan hal yang sama. Di setiap moment, Marwa mampu menyedot perhatian semua orang yang hadir. Pembawaannya yang supel membuat orang tak keberatan berada di sampingnya. Ya, walaupun harus tahan mendengarkannya bicara ngalor-ngidul, ndak karuan (kata orang Jawa).
Hal ini sangat kontras dengan teman sedaerahnya, Hidayani, yang pendiam. Bicara seperlunya saja. Orang Malaysia bilang, “Tak banyak cakap.“
Syndrome Marwa pun tak berarti usai ketika kegiatan Sarasehan selesai. Marwa dan Hidayani memang transit di KAMMJA sebelum kembali ke Sulbar. Walaupun mereka juga menyempatkan diri melihat-lihat kota Bogor, bersama utusan KAMMDA Bandung.
Saya jadi teringat peristiwa malam itu, ketika akh Shod datang ke KAMMJA, untuk mengantarkan jaket pesanan Anis (Sultra). Saat itu Marwa merajuk minta dibelikan juga. Tentu saja hal itu tidak mungkin, mengingat tokonya sudah tutup. Apalagi mereka harus meninggalkan KAMMJA ba’da Shubuh. Marwa tetap merajuk kepada akh Shod. Sampai-sampai kami bingung apa yang harus dilakukan. Akhirnya saya meminta akh Shod untuk segera meninggalkan KAMMJA.
Butuh waktu yang tidak sebentar untuk membuat Marwa melupakan tentang jaket. Dan saat itu, dia pun larut menemani saya burning data. Atau sibuk mem-bluetooth lagu nasyid dari Hp saya. Hingga dia pun terlelap.
Ke-comel-annya baru benar-benar hilang, ketika dia sudah berada di atas kapal. Namun, kenangannya kan tetap terukir dalam hati.
***
Bogor, 09 Agustus 2008

Nb: Untuk Marwa, jangan lupakan Afi ya J

Lanjut membaca “Si Comel dari Sulbar (Mamuju)”  »»

Empat Sekawan dari Sultra

03 Agustus— Mereka adalah Emi Rahyuni (Emi), Satriani (Anis), Sarfia (Fia), dan Ishlah. Berempat mereka bertolak dari Sulawesi Tenggara (Sultra) menuju Jakarta. Mereka tiba sehari sebelum kegiatan. Hanya saja mereka transit dulu di hotel Sriwijaya.
Pada saat kegiatan, saya tidak begitu mengenal mereka. Mungkin hanya kenal nama, asal KAMMDA, no. Hp, dan email. Itu pun karena melihat daftar presensi yang mereka isi.
Saya baru benar-benar mengenal mereka, ketika kegiatan sudah selesai. Mereka menginap beberapa hari di KAMMJA. Dan kami sempat berkeliling Jakarta. Kami pergi ke Raihan, Itishom, Takhasimura, Gambir, Monas, dan KAMMI Pusat. Saya memang mendampingi mereka selama menginap di KAMMJA.
Mereka memiliki cirri khas masing-masing. Emi, dengan sikapnya yang mengayomi, ngemong, dan melindungi; Anis, dengan pembawaannya yang dewasa, tapi tak banyak bicara; Fia, dengan keceriaan dan sentum khasnya; dan si bungsu Ishlah, yang tak banyak bicara dan sering tertinggal.
Mereka mewarnai hari-hari saya selama kurang lebih dua hari. Dan mayoritas adalah warna yang indah. Dua hari memang tidak cukup untuk mengenal kepribadian seseorang dengan baik. Namun, paing tidak itu memberikan sedikit gambaran bagi saya.
Selain jalan-jalan, kami juga share mengenai daerah masing-masing atau keluarga. Emi misalnya, dia sering bercerita tentang kakaknya, yang ternyata seorang ikhwah juga. Atau tentang kisahnya sebelum hijrah, dan masih banyak lagi.
Pada saat hari kepulangan mereka, saya dan Nita mengantar dan menemani mereka, sampai mereka naik ke kapal. Setiap moment yang ada tidak kami lewatkan. Camdig dengan setia mengabadikannya.
Alhamdulillah kini mereka telah sampai di daerah masing-masing. Namun, kehadiran mereka masih saya rasakan sampai saat ini.
***
Bogor, 09 Agustus 2008

Lanjut membaca “Empat Sekawan dari Sultra”  »»

Pelabuhan Priuk dalam Kenangan


05 Agustus— Tepatnya pukul 05:45-an, Saya dan seorang teman bernama Nita (Bengkulu) bersiap-siap mengantar para akhwat Sulawesi. Mereka adalah Emi (Sultra), Ishlah (Sultra), Anis (Sultra), Fia (Sultra), Ida (Sulbar), dan Marwah (Sulbar) ke Pelabuahn Tanjung Priuk. Kami memang harus berangkat pagi-pagi, mengingat tiket pesawat dijadwalkan pukul 08:00 WIB.
Kami berangkat dari sekretariat KAMMJA dengan menggunakan taksi. Alhamdulillah perjalanan cukup lancar, sehingga kami tiba pukul 07 kurang. Sesampainya di Pelabuhan, saya menghubungi seorang teman (Ikhwan), sebut saja Isal, yang diminta bantuannya untuk membelikan tiket.
Setelah menunggu beberapa waktu Isal pun datang dan menyerahkan enam buah tiket: empat ke Makassar dan dua ke Kendari. Namun, dia tidak langsung pergi. Dia ikut menunggu kami sampai teman-teman saya itu naik ke kapal. Bahkan dia mengantarkan sampai ke atas kapal. Sedangkan saya dan Nita, menunggu di dermaga. Yah, mungkin kami bisa dikatakan penakut atau tidak berani menerobos kerumunan orang yang berdesak-desakan hendak menaiki kapal. Sehingga kami memutuskan untuk tidak naik.
Jujur saja, ini kali pertama saya ke Pelabuhan Tanjung Priuk. Hal ini saya pikir wajar, mengingat asal saya dari Sedayu, Gresik-Jawa Timur. Jadi kalaupun pulang, saya hanya naik bus malam saja. Tidak perlu naik kapal laut. Kereta pun hanya sekali-kalinya. Saya merasa lebih nyaman naik bus ’Pahala Kencana.’
Kesan pertama saat saya menginjakkan kaki di Pelabuhan adalah semrawut, ratusan orang dengan segala kesibukan, kuli angkut mondar-mandir, dan hal lain yang jarang saya temui. Rasa heran pun semakin bertambah, ketika saya dan teman-teman memasuki tempat tunggu penumpang. Di sana bangku-bangku penuh dengan para penumpang.
Saya dan teman-teman mewarnai sendiri suasana saat itu, kami asik berfoto, merekam, dan hal-hal lain yang dapat dijadikan kenangan. Sedangkan Isal sibuk mempelajari situasi di depan tangga kapal.
Awalnya teman-teman saya bermaksud membawa barangnya sendiri, tanpa jasa kuli. Namun, Isal memberikan warning, “Sebaiknya menggunakan jasa kuli, karena di dalam sangat penuh, berdesak-desakan. Insya Allah kulinya profesional.“
Mendekati jam 08:00, kami pun masuk ke dermaga dan menyaksikan sendiri suasana yang tadi digambarkan oleh Isal. Saat itu saya benar-benar kaget. Mungkin karena tidak terbiasa.
Semua orang berebut untuk naik dan cepat sampai di kapal. Berikut dengan kuli panggul. Mereka pun memiliki tujuan yang sama. Bedanya, mereka membawa barang-barang milik orang yang menyewa jasa mereka. Dorong-dorongan, sikut sana-sikut sini seakan menjadi pemandangan biasa bagi mereka. Namun, tidak bagi saya.
Sesaat kami mengamati suasana yang ada. Sampai akhirnya, perpisahan itu pun tiba. Emi, Ishlah, Marwah, dan Hidayani pun pamit. Mereka bersiap menaiki kapal. Fia dan Anis memang sudah naik terlebih dahulu, karena Anis kurang sehat.
Saya dan Nita hanya dapat memandangi dari jauh, ketika mereka naik. Ketika Isal mendampingi seorang kuli panggul yang disewa untuk membawakan barang-barang mereka.
Awalnya mereka ingin naik tangga sebelah kiri. Namun, tidak jadi. Karena terlalu padat. Mereka pindah ke tangga sebelah kanan. Ya, tangga sebelah kiri memang padat. Bahkan hampir saja ada orang yang jatuh dati tangga atas, akibat aksi dorong-mendorong.
Alhamdulillah setelah berjuang melewati kerumunan orang, mereka tiba di atas kapal. Cukup lama saya dan Nita menunggu Isal. Akhirnya dia pun turun dari kapal dan pamit. Sedangkan saya dan Nita, sibuk melambaikan tangan ke arah kapal. Di sana ada teman-teman saya yang beberapa jam lagi akan mengarungi lautan luas.
Saya tidak bisa membayangkan, mereka harus menempuh tiga hari perjalanan di atas kapal, di tengah lautan luas tak bertepi. Saya berharap kami dipertemukan lagi dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya.
***
Bogor, 09 Agustus 2008

Lanjut membaca “Pelabuhan Priuk dalam Kenangan”  »»

Akhwat Tangguh


31 Juli-2 Agustus 2008— KAMMI Pusat mendapat tamu dari yang jauh sampai yang terdekat. Mereka adalah para akhwat utusan daerah, yang akan mengikuti kegiatan Sarasehan Nasional Muslimah KAMMI, selama tiga hari, bertempat di PPPPTK Lenteng Agung, Srengseng sawah-Jakarta Selatan.
Pada kesempatan itu, teman-teman KAMMJA diamanahkan sebagai panitia pelaksana. Peserta Sarasehan memang tidak datang bersamaan. Ada yang datang sehari sebelum hari H, dan transit di KAMMJA, seperti utusan: Bengkulu, Kalbar, Sulbar, dan Tasik. Ada yang transit di hotel, seperti utusan Sultra. Ada juga yang datang pada saat pembukaan sudah dimulai, seperti Surabaya, Jember, Bogor, dsb. Bahkan ada yang datang pada saat hari kedua. Terlepas dari itu, mereka semua adalah akhwat-akhwat tangguh yang tak pantang menyerah menuju tempat kegiatan.
Di antara mereka, yang paling berwarna perjalanannya adalah utusan dari Malang. Mereka mengalami berbagai kendala dalam perjalanan. Namun, karena kegigihannya, mereka pun sampai di lokasi dengan selamat.
Jadilah aula PPPPTK menjadi saksi berkumpulnya para mujahidah KAMMI dari Sulawesi hingga Jakarta. Pada kegiatan kali ini 19 KAMMDA yang mengirimkan utusannya. Mungkin kalau utusannya ikhwan, sudah biasa. Ikhwan kan memang biasa pergi sendiri. Tapi ini akhwat, dengan berbekal transport pas-pasan berbingkai tekad membara.
Kehadiran mereka merupakan salah satu bukti konkret kontribusinya di KAMMI. Tidak terbayang mereka harus terbang menjelajahu langit, mengarungi lautan luas dengan kapal laut, membelah jalan raya menggunakan bus, atau menyusuri rel dengan menggunakan kereta. Tujuan mereka satu, mengikuti Sarasehan.
Luasnya wawasan mereka pun dibuktikan dengan argumentasi-argumentasi atau pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada narasumber. Semua terkait dengan perempuan, mulai KDRT, Gender Budgeting, Advokasi, Human Traficking, TKW, dan masih banyak lagi.
Selain itu, mereka juga bersilaturrahim ke rumah Bu Azimah, Bu Rahayu, Ust. Lani, dan istri Adhyaksa Dault. Semua dalam rangka menambah tsaqofah mereka.
Tepat tanggal 2 Agustus, di atas pukul 23:00, acara Sarasehan pun ditutup. Saat itu terpilihlah Ukhti Teraktif (Anis-Sultra), Ukhti Persahabatan (Nita-Bengkulu), dan Ukhti Termalang (Ulifati dan Niswatul-Malang). Mereka membawa pulang bingkisan dari panitia.
Paginya, kami siap-siap chek out dan sarapan. Setelah itu kembali ke kampong halaman masing-masing. Membawa pengetahuan baru, wawasan baru, dan tentu saja semangat baru. Memang tidak semua langsung pulang, ada yang transit dulu di KAMMJA, mereka adalah utusan Sultra, Sulbar, dan Bengkulu.
Sudah saatnya muslimah bangkit dan memiliki pengetahuan tentang permasalahan perempuan, sera mampu mengadvokasinya.
***
Bogor, 09 Agustus 2008


Nb: Untuk Muslimah KAMMI dari Sulawesi hingga Jakarta, tetap Semangat ya!

Lanjut membaca “Akhwat Tangguh”  »»
bisnis syariah

Blogger

Komentar Artikel

Artikel Terbaru

Glitter Words
Belajar menjadi pembelajar yang baik

(c) 2009, Butiran Pasir

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP